KONTAN.CO.ID - DW. Singapore Airlines siap merebut kembali mahkota untuk penerbangan komersial tanpa henti terlama di dunia saat penerbangan SQ22 lepas landas untuk New York dari Singapura Kamis malam (11/10). Maskapai ini meluncurkan kembali layanan tersebut setelah vakum lima tahun karena harga bahan bakar tinggi yang membuat rute itu tidak menguntungkan. Rute terbang sejauh 16.700 kilometer antara Singapura dan New York akan memakan waktu kurang dari 19 jam, melampaui rekor penerbangan jarak jauh sebelumnya.
Qatar Airways memegang rekor saat ini untuk penerbangan non-stop terpanjang di dunia - penerbangan selama 17 jam 40 menit dari Doha ke Auckland. Qantas Airlines juga meluncurkan layanan non-stop 17 jam antara Perth dan London - jaraknya hampir 15.000 kilometer - awal tahun ini. Singapore Airlines akan menggunakan Airbus A350-900ULR di rute maraton tersebut. Airbus mengatakan pesawat, yang mampu terbang lebih dari 20 jam non-stop, dirancang untuk menggunakan lebih sedikit bahan bakar. Pesawat ini juga menawarkan desain interior "elegan" yang luas, langit-langit yang lebih tinggi dari normal dan kursi yang lebih lebar yang bertujuan mengurangi jet lag. Tidak ada kelas ekonomi Singapore Airlines tidak akan menawarkan pemesanan kelas ekonomi di rute ini untuk menghindari kesan bahwa pesawat terlalu penuh. Pesawat dikonfigurasi untuk membawa 161 penumpang: 67 di kelas bisnis dan 94 kelas ekonomi premium.
Di situs Singapore Airlines, tiket ekonomi premium satu arah akan berharga sekitar 3.000 dolar Singapura dan bisnis 7.900 dolar Singapura. Penerbangan akan memiliki dua pilot, menu "kesehatan" khusus yang terdiri dari hidangan organik, dan lebih dari 1.200 jam hiburan audio-visual untuk dipilih. "Penelitian telah menunjukkan bahwa hidrasi dan asupan makanan merupakan faktor penting (untuk dipertimbangkan). Sebaiknya menghindari makanan yang menyebabkan gas atau kembung serta alkohol berlebihan," kata Rhenu Bhuller, seorang ahli perawatan kesehatan di konsultan Frost & Sullivan. "Masalah terbesar mungkin adalah trombosis akibat dari kombinasi duduk terlalu lama dan juga dari dehidrasi," kata Gail Cross, konsultan rekanan di National University Hospital di Singapura.
Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti