Singapura akan buka kontrak berjangka emas global



SINGAPURA. Maraknya permintaan emas di Asia mendorong Singapore Exchange Ltd ikut terjun dalam perdagangan di sektor bernilai US$ 18 triliun ini. Salah satu bursa terbesar di Asia ini segera membuka wadah jual-beli berjangka untuk emas batangan. Kontrak global yang memperdagangkan emas 25 kilogram dengan kadar 99,99 paling cepat dibuka September. Menurut World Gold Council, perdagangannya hanya dibuka tiga jam, dari 8.30-11.25 pagi, plus tambahan 5 menit sesi pra-pembukaan dan penutupan. Singapore Exchange akan menjadi rumah kliring perdagangan ini. Bukan tanpa alasan Singapura ingin ikut bersaing dengan London menjadi pusat perdagangan emas. Asia terhitung menyerap 63% permintaan emas, baik dalam bentuk batangan, perhisasan, maupun koin. Jumlahnya naik dibanding tahun 2010 yang masih 57%. Apalagi, Singapura sejak Oktober 2012 sudah menghapus pajak emas, perak, dan platinum yang sebesar 7%. Sejak saat itu, perdagangan emas di Singapura melonjak 94% menjadi S$ 35 miliar atau sekitar US$ 28 miliar di akhir 2013. "Yang industri bullion butuhkan adalah pasar yang dinamis dan kuat di jantung Asia. Kami dekat dengan permintaan dan pasokan emas di Asia. Saya percaya, Singapura merupakan tempat yang baik untuk mendukung industri bullion," kata Lim Hng Kiang, Menteri Perdagangan dan Industri Singapura di konferensi London Bullion Market Associations, di Singapura hari ini (25/6). Singapura juga akan bersaing dengan China. Sebagai konsumen dan produsen emas terbesar, Negeri Panda ini juga akan memulai perdangangan emas internasional di zona perdagangan bebas di Shanghai. Shanghai Gold Exchange berencana memulai uji coba perdagangan bullion di kuartal ketiga, dengan harga kontrak dan penyelesaian dalam mata uang yuan. World Gold Council akan bertemu pada 7 Juli nanti untuk membicarakan prosedur perdagangan di Singapura. Nantinya, harga emas akan berdasarkan transaksi yang dieksekusi, bisa diperdangangkan dan bukan hanya harga referensi. Data juga harus transparan, dipublikasikan, dan menjadi subyek audit.


Editor: Sanny Cicilia