Singapura jadi tempat terfavorit markas finansial



SINGAPURA akhirnya berhasil mendepak Hong Kong sebagai surga transaksi keuangan di kawasan Asia. Di panggung global, Negeri Merlion baru saja merebut status negara terfavorit ketiga sebagai markas finansial dunia dari tangan Hong Kong.

Lihat saja laporan terbaru Global Financial Centres Index (GFCI). Indeks ini mencerminkan sederet faktor penting bagi industri keuangan. Di antaranya adalah iklim bisnis, pengembangan sektor keuangan dan infrastruktur bisnis. Indeks tersebut menempatkan Singapura di posisi ketiga markas finansial dunia tahun 2016.

Singapura menggeser Hong Kong dengan mengantongi 755 poin. Turun satu peringkat dari tahun lalu, Hong Kong hanya berhasil mengumpulkan poin 753, terpaut dua poin dari Singapura.


Sementara, dua kota penguasa transaksi finansial dunia, masih dipegang oleh London dan New York. Indeks yang diterbitkan lembaga riset Z/Yen Group menyebutkan, London tetap memegang predikat rumah paling favorit bagi transaksi finansial di seluruh dunia. London meraih 800 poin.

Di tempat kedua, New York meraih 792 poin atau hanya berbeda delapan poin dari London. Sementara, Hong Kong dan Tokyo masuk peringkat lima besar. Tahun ini, kota metropolitan di Eropa masih sepi peminat. S

elain London, survei yang dilakukan terhadap ribuan eksekutif keuangan ini hanya menempatkan Zurich sebagai kota Eropa di jajaran 10 kota paling nyaman sebagai transaksi finansial.

Sementara, rapor Jenewa, Luksemburg, Frankfurt, Roma, Madrid dan Brussels tidak naik signifikan. Namun, Roma, Madrid dan Brussels menunjukan perbaikan poin meski tiga kota ini sempat terimbas negatif krisis zona euro.

Asal tahu saja, Jakarta menempati peringkat ke-58 dengan mengumpulkan 621 poin. Posisi Jakarta melompat 15 peringkat dari posisi ke-73 di tahun lalu. Yang jelas, posisi empat teratas boleh jadi berubah drastis di tahun depan.

Sebab, posisi London sebagai jawara terancam efek buruk andai hasil referendum yang digelar 23 Juni mendatang menyatakan Inggris keluar dari Uni Eropa (UE). "Responden mengkhawatirkan ada ketidakpastian di London sebagai financial hub jika keluar dari UE," seperti dikutip dari laporan GFCI.

Kemudian, posisi Singapura juga boleh jadi kembali direbut Hong Kong. Pasalnya, ekonomi Singapura tengah melempem, seiring dengan melambatnya bisnis jasa.

Pemerintah Singapura memprediksi, ekonomi tahun ini bakal tumbuh tipis 1%-3%. Tahun 2015, produk domestik bruto (PDB) Negeri Merlion tumbuh terendah selama enam tahun. Dana kelolaan di Singapura pun tertinggal.

Menurut Bloomberg, data terakhir, aset industri fund management Singapura senilai US$ 1,75 triliun, sementara Hong Kong mencapai US$ 2,3 triliun.

Editor: Yudho Winarto