Singapura kembali adopsi kebijakan krisis 2008



SINGAPURA. Bank Sentral Singapura secara mengejutkan menerapkan pelonggaran kebijakan moneter, Kamis (14/4) mengadopsi kebijakan yang pernah digunakan terakhir kali saat krisis keuanga global 2008.

Langkah ini diambil setelah pertumbuhan flat pada kuartal pertama dan berkurangnya permintaan global menyuramkan prospek ekonomi yang bergantung pada perdagangan.

Monetary Authority of Singapore (MAS) mengatakan akan mengatur laju apresiasi dollar Singapura dengan kebijakan NEER (nominal effective exchange rate) nol persen, dimulai pada hari Kamis, dan beralih ke sikap kebijakan yang netral.


Kebijakan ini lantas menyebabkan dollar Singapura jatuh dan menyeret mata uang di kawasan Asia-Pasifik. "MAS adalah memberikan pesan kuat dengan kembali kebijakan pengaturan krisis keuangan. Langkah mengejutkan di mana menunjukkan prospek suram untuk perdagangan regional," kata Sean Callow, currency strategist Westpac Banking Corp.

Data resmi yang dirilis pada hari ini menunjukkan bahwa ekonomi Singapura gagal mencatat pertumbuhan pada kuartal pertama dari tiga bulan sebelumnya, angka suram yang mengikuti persen pertumbuhan 2,0 pada tahun 2015, yang terlemah dalam enam tahun.

Sektor manufaktur Singapura juga telah tertekan penurunan harga minyak dunia, yang telah mengurangi permintaan untuk kilang minyak yang dibangun oleh industri kilang besar negara.

Editor: Yudho Winarto