Singapura Laporkan Lonjakan Kasus, Waspada Subvarian Covid-19 Masuk Tanah Air



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Singapura dilaporkan mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang berasal dari subvarian KP.1 dan KP. 2. Untuk itu, masyarakat diminta waspada akan masuknya subvarian ini ke Tanah Air.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tirmizi mengatakan sublineage KP.2 merupakan turunan dari subvarian JN.1. Secara global, subvarian JN.1 telah mendominasi sebagian besar negara atau mencapai 54,3% di minggu ke-17 tahun 2024.

“Namun, tidak ada indikasi bahwa KP.1 dan KP.2 lebih mudah menular atau menyebabkan keparahan dibandingkan varian lain,” ujarnya kepada KONTAN, Jumat (24/5).


Nadia mengungkapkan, masyarakat diminta tetap waspada sebab sebagian besar masyarakat menganggap Covid-19 sudah hilang. Menurutnya, meski Indonesia berstatus endemi bukan berarti Covid-19 sudah hilang melainkan hanya berada dalam situasi terkendali.

Baca Juga: Waspada Varian Baru Covid-19, Masyarakat Diimbau Tetap Terapkan Protokol Kesehatan

“Masih ada kemungkinan munculnya varian atau subvarian baru yang berpotensi menyebabkan peningkatan kasus atau kematian pada kelompok lansia dan risti,” ungkapnya.

Nadia menuturkan, situasi transmisi Covid-19 masih terkendali, namun kasus konfirmasi Covid-19 mengalami peningkatan pada minggu ke-18 tahun 2024 sebesar 11,76% dibandingkan minggu sebelumnya.

Dia bilang, berdasarkan data Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data (GISAID) Indonesia 2024, saat ini sebagian besar virus yang ada di dalam negeri merupakan subvarian JN.1.

“Tetap terapkan protokol kesehatan seperti cuci tangan, menggunakan masker bila sakit termasuk di kerumunan atau alat angkut. Segera lengkapi vaksinasi Covid-19 khususnya pada kelompok berisiko,” tandasnya.

Sementara itu, pakar epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan lonjakan Covid-19 di Singapura akan berdampak pada negara di kawasan di ASEAN tak terkecuali Indonesia.

“Dampaknya ke Indonesia akan ada peningkatan jumlah kasus, tapi Indonesia diuntungkan karena populasi muda kita, cakupan vaksinasi membuat dampak ke tingkat hunian rumah sakit kemungkinan besar tidak terlalu signifikan artinya tidak perlu dikhawatirkan,” katanya.

Dicky mengatakan, vaksinasi yang telah dilakukan sangat efektif memitigasi penularan, namun untuk subvarian KP.2 jauh lebih mudah menginfeksi imunitas. Tetapi, jika seseorang yang telah divaksin terinfeksi, gejala yang ditimbulkan cenderung ringan.

“Varian SARS-CoV 2 ini umumnya tidak terdapat perbedaan gejala yang signifikan artinya flu like syndrome seperti demam, bersin dan sebagainya. Jadi tidak ada gejala lebih parah atau kematian yang lebih tinggi,” terangnya.

Baca Juga: Ini Penjelasan Kemenkes Soal Covid-19 Varian KP.1 dan KP.2

Meski demikian, kata dia, bagi kelompok berisiko tinggi seperti lansia dengan komorbit, ibu hamil dan anak-anak gejala yang ditimbulkan bukan hanya flu like syndrome saja, melainkan ada gejala hilangnya penciuman, merasa yang diikuti dengan nafas cepat dan sesak.

“Pembelajarannya, kita perlu menjaga kekebalan komunal atau health immunity dengan cara kelompok yang belum mendapat vaksinasi segera melakukan vaksin seperti anak-anak setidaknya satu siklus,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi