Singapura-Malaysia Tawarkan Penjaminan



JAKARTA. Kesulitan likuiditas makin terasa di pasar global. Otoritas keuangan di banyak negara saling bersaing merebut hati pemilik dana dengan resepĀ  serupa: memberikan penjaminan dana nasabah.

Malaysia dan Singapura, kemarin, mengumumkan program penjaminan terhadap simpanan di perbankan. Kedua negeri jiran itu membuntuti Hongkong, Indonesia, Australia, dan Selandia Baru yang sudah lebih dulu memberikan penjaminan atas simpanan nasabah bank.

Otoritas Moneter Singapura, yang biasa disingkat MAS, menyatakan akan menjamin seluruh simpanan individu ataupun korporat, baik yang berbentuk dolar Singapura maupun valuta asing. Hebatnya, MAS memberi jaminan penuh. Malah, untuk itu Singapura telah mencadangkan dana senilai S$ 150 miliar (sekitar Rp 1.000 triliun).


Malaysia tak mau ketinggalan. Departemen Keuangan dan badan sentral negeri tersebut menyatakan seluruh jaminan, dalam ringgit ataupun valuta asing, di bank komersial, syariah, ataupun bank investasi akan dijamin pemerintah tanpa batasan. Seperti Singapura, Malaysia juga membatasi waktu penjaminan hingga 2010.

Otoritas di Singapura dan Malaysia menyatakan, industri keuangan mereka masih aman-aman saja. Namun, otoritas di kedua negara itu menilai, penjaminan perlu, mengingat banyak negara telah menawarkan kebijakan yang sama. "Jika kami tak menanggapi kebijakan di wilayah lain, maka kekuatan industri keuangan kami bisa melemah," demikian pernyataan tertulis bersama Departemen Keuangan Singapura dan MAS.

Devisa menipis

Kebijakan dua negara tetangga itu bisa makin memperkuat niat investor asing keluar dari Indonesia. Sejak Lehman Brothers mengumumkan kebangkrutan, nilai dana asing yang tersimpan di Indonesia kian menciut. Ambil contoh Surat Utang Negara (SUN). Per 15 Oktober, dana asing di SUN tersisa Rp 98,96 triliun, turun Rp 8,38 triliun dari posisi per akhir September 2008.

Buntutnya, cadangan devisa pun makin menyusut. Pada 7 Oktober, cadangan devisa sebesar US$ 56,51 miliar. Sebagai perbandingan, cadangan devisa di akhir September senilai US$ 57,11 miliar.

Direktur Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa optimistis cadangan devisa bisa menumpuk lagi. "Yang penting, pemerintah dan bank sentral konsisten," ujarnya.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie