Singapura mengubah lokasi Singapore Airshow jadi rumahsakit darurat corona



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Singapura membangun rumahsakit darurat dengan cepat untuk pasien virus corona di ruang pameran yang luas dan fasilitas sementara lainnya. Upaya ini menyusul lonjakan kasus, terutama di antara komunitas besar pekerja migran bergaji rendah.

Negara berpenduduk 5,7 juta orang ini mencatat lebih dari 12.000 infeksi virus corona yang terkonfirmasi. Tingkat infeksi ini merupakan salah satu yang tertinggi di Asia. Asrama-asrama sempit yang menampung lebih dari 300.000 pekerja di Singapura menjadi pusat penyebaran virus terkini.

Salah satu lokasi yang menjadi fasilitas kesehatan darurat adalah Pusat Pameran Changi yang menjadi lokasi Singapore Airshow, pertemuan dirgantara terbesar di Asia. Lokasi ini dapat menampung lebih dari 4.000 pasien dalam pemulihan dan pasien dengan gejala ringan.


Baca Juga: Indonesia terima bantuan penanganan Covid-19 hingga US$ 77,49 juta

"Seluruh proses pembangunan infrastruktur memerlukan waktu enam hari," kata Joseph Tan, anggota panitia penyelenggara untuk fasilitas sementara kepada Reuters.

Para pasien pertama, terutama adalah warga negara Bangladesh dan India. Para pasien ini dipindahkan ke ruang konferensi yang luas, dipartisi menjadi kamar untuk delapan hingga 10 orang. Kamar ini dilengkapi dengan tempat tidur logam, laci penyimpanan plastik dan kipas.

Di Asia, jumlah infeksi virus corona Singapura hanya lebih rendah daripada China, India, Jepang, dan Pakistan. Lebih dari 10.000 dari pasien terinfeksi, sekitar 80% dari total adalah pekerja asing. Sebagian besar di antaranya telah ditempatkan di fasilitas isolasi untuk orang-orang dengan gejala ringan seperti pusat-pusat konferensi.

Meski tingkat infeksi tinggi, Singapura hanya melaporkan 12 kematian dan 24 orang yang dirawat di perawatan intensif.

Baca Juga: Kasus positif virus corona di Singapura bertambah 897, kini total ada 12.075 kasus

Para buruh muda tenaga kerja asing di Singapura ini memiliki penghasilan US$ 15 per hari, tinggal di asrama dengan akomodasi tempat tidur di daerah yang jarang dikunjungi wisatawan. Banyak dari mereka berada di karantina akibat penyebaran wabah. Sementara para pekerja yang masih ada di asrama terus menghadapi ancaman terkena virus.

Editor: Wahyu T.Rahmawati