JAKARTA. Mari berdoa rupiah kian berjaya. Sebab, Singapura akan menutup transaksi rupiah di pasar non deliverable forward (NDF). Selama ini NDF dianggap sebagai sarang spekulan rupiah yang menyebabkan rupiah ajurt-ajrutan.Adalah The Association of Banks in Singapore (ABS) yang memutuskan tidak melanjutkan penetapan kontrak rupiah di NDF per 28 Maret 2014. Semua transaksi rupiah akan mengacu pada nilai tukar acuan yang dirilis Bank Indonesia (BI), yakni Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor). "ABS merekomendasikan peserta pasar menggunakan IDR Jisdor," kata Tirta Segara, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Rabu (19/2).Alasan ABS tidak lagi menggunakan NDF dipicu selisih rupiah di pasar onshore dan offshore yang kian tipis. Dengan kata lain, keuntungan dari spekulasi rupiah via NDF tidak menarik lagi. Sebagai perbandingan, kemarin (19/2), posisi rupiah versi NDF berada di posisi Rp 11.790 per dollar AS. Nilai ini cuma terpaut 0,51% lebih kuat dibanding rupiah versi Jisdor yang berada di posisi 11.850. Padahal, 22 Oktober 2013, jurang antara pasar offshore dan onshore mencapai 4,6%.Jisdor adalah harga spot USD/IDR yang disusun berdasarkan kurs transaksi valuta asing terhadap rupiah antar bank di pasar valas domestik. Nilai tukar rupiah yang disajikan betul-betul merupakan hasil transaksi di pasar. "Ini bertolak belakang dengan NDF yang hanya berdasarkan perkiraan pasar dan tidak nyata. Jisdor lebih akurat," klaim Tirta.Boleh jadi, ini merupakan buah dari kebijakan BI yang sejak Februari 2013 melarang bank bertransaksi lindung nilai (hedging) dengan menggunakan NDF, baik di dalam negeri maupun di luar negeri (Harian KONTAN, edisi 7 Februari 2013). Selain itu, menurut Tirta, investor semakin percaya atas transaksi rupiah dengan mengacu Jisdor.Menteri Keuangan M Chatib Basri menilai, menyempitnya gap antara pasar onshore dan offshore tak terlepas dari penguatan rupiah beberapa hari terakhir. "Jadi ini bentuk kepercayaan pasar atas kerja BI," katanya, Rabu (19/2).Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih juga melihat sisi positif penggunaan Jisdor. Menurutnya, NDF bisa memicu spekulasi terhadap rupiah. Sebelum ada Jisdor, rupiah di pasar NDF lebih lemah dibanding kurs spot. Akibatnya, pelaku pasar panik sehingga menggerakkan rupiah ke posisi NDF.Menurut Lana, rupiah saat ini bergerak di level wajar sesuai fundamental Indonesia. Hingga akhir 2014, ia memprediksi, rupiah akan bergerak antara 10.800-11.000. Selain perbaikan ekonomi Indonesia, rupiah akan kian menguat jika pemilu menghasilkan pemimpin kredibel.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Singapura tutup sarang spekulan rupiah
JAKARTA. Mari berdoa rupiah kian berjaya. Sebab, Singapura akan menutup transaksi rupiah di pasar non deliverable forward (NDF). Selama ini NDF dianggap sebagai sarang spekulan rupiah yang menyebabkan rupiah ajurt-ajrutan.Adalah The Association of Banks in Singapore (ABS) yang memutuskan tidak melanjutkan penetapan kontrak rupiah di NDF per 28 Maret 2014. Semua transaksi rupiah akan mengacu pada nilai tukar acuan yang dirilis Bank Indonesia (BI), yakni Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor). "ABS merekomendasikan peserta pasar menggunakan IDR Jisdor," kata Tirta Segara, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Rabu (19/2).Alasan ABS tidak lagi menggunakan NDF dipicu selisih rupiah di pasar onshore dan offshore yang kian tipis. Dengan kata lain, keuntungan dari spekulasi rupiah via NDF tidak menarik lagi. Sebagai perbandingan, kemarin (19/2), posisi rupiah versi NDF berada di posisi Rp 11.790 per dollar AS. Nilai ini cuma terpaut 0,51% lebih kuat dibanding rupiah versi Jisdor yang berada di posisi 11.850. Padahal, 22 Oktober 2013, jurang antara pasar offshore dan onshore mencapai 4,6%.Jisdor adalah harga spot USD/IDR yang disusun berdasarkan kurs transaksi valuta asing terhadap rupiah antar bank di pasar valas domestik. Nilai tukar rupiah yang disajikan betul-betul merupakan hasil transaksi di pasar. "Ini bertolak belakang dengan NDF yang hanya berdasarkan perkiraan pasar dan tidak nyata. Jisdor lebih akurat," klaim Tirta.Boleh jadi, ini merupakan buah dari kebijakan BI yang sejak Februari 2013 melarang bank bertransaksi lindung nilai (hedging) dengan menggunakan NDF, baik di dalam negeri maupun di luar negeri (Harian KONTAN, edisi 7 Februari 2013). Selain itu, menurut Tirta, investor semakin percaya atas transaksi rupiah dengan mengacu Jisdor.Menteri Keuangan M Chatib Basri menilai, menyempitnya gap antara pasar onshore dan offshore tak terlepas dari penguatan rupiah beberapa hari terakhir. "Jadi ini bentuk kepercayaan pasar atas kerja BI," katanya, Rabu (19/2).Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih juga melihat sisi positif penggunaan Jisdor. Menurutnya, NDF bisa memicu spekulasi terhadap rupiah. Sebelum ada Jisdor, rupiah di pasar NDF lebih lemah dibanding kurs spot. Akibatnya, pelaku pasar panik sehingga menggerakkan rupiah ke posisi NDF.Menurut Lana, rupiah saat ini bergerak di level wajar sesuai fundamental Indonesia. Hingga akhir 2014, ia memprediksi, rupiah akan bergerak antara 10.800-11.000. Selain perbaikan ekonomi Indonesia, rupiah akan kian menguat jika pemilu menghasilkan pemimpin kredibel.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News