Sinyal BI mungkin mengerek suku bunga bisa menarik kembali dana asing



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah memberi sinyal akan menaikan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate apabila nilai tukar rupiah terus tertekan. Analis menilai sinyal tersebut dapat mendorong kembalinya investor asing ke pasar obligasi Indonesia.

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia, Anil Kumar optimistis, pernyataan BI pada Kamis (26/4) yang membuka kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan dapat menjadi katalis positif bagi investor asing untuk kembali masuk ke pasar obligasi domestik.

Pasalnya, investor asing tidak ingin BI terkesan kaku dalam memberi sinyal atau pernyataan terkait upaya mengatasi koreksi pasar. Ditambah lagi, investor asing cenderung sensitif jika volatilitas rupiah meningkat tajam. “Kalau momennya tepat, kebijakan BI untuk ikut menaikan suku bunga acuan akan dapat respons positif dari pelaku pasar,” ungkap Anil, Jumat (27/4).


Selain itu, pernyataan BI kemarin juga mampu membuat rupiah cenderung bergerak stabil pada hari ini. Buktinya, kurs rupiah spot hanya melemah 0,01% pada Jumat (27/4) sore ke level Rp 13.893 per dollar Amerika Serikat. Padahal, Senin (23/4) lalu, rupiah spot menembus level Rp 13.975 per dollar AS.

Itu sebabnya, Anil melihat bahwa segala upaya intervensi dari BI akan selalu dibutuhkan untuk meredam laju volatilitas rupiah. Ini mengingat tren kenaikan imbal hasil US Treasury berpotensi masih terjadi hingga masa penentuan kenaikan suku bunga acuan AS tiba.

“Kalau rupiah bergerak tidak terlalu volatil, investor asing masih akan tertarik dengan pasar obligasi Indonesia. Imbasnya, kepemilikan asing juga kembali meningkat,” paparnya.

Mengutip data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, sepanjang bulan ini, dana asing di SBN telah berkurang sebesar Rp 10,31 triliun menjadi Rp 848,48 triliun per 26 April 2018. Namun, jika dihitung secara year to date, investor asing masih mencatatkan net buy di SBN sebesar Rp 12,33 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini