KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham Indonesia belum aman dari guncangan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup merosot 1,88% menuju 5.774,72. Sebanyak 83 saham menguat, 304 saham melemah dan sisanya bergeming. Dana asing masih mengalir keluar dari Bursa Efek Indonesia. Investor asing kemarin mencatatkan penjualan bersih
(net sell) Rp 180,90 miliar. Sejak awal tahun hingga saat ini, dana asing telah keluar mencapai Rp 36,41 triliun. Analis Royal Investium Sekuritas Indonesia Wijen Ponthus menilai, IHSG tak hanya tertekan rupiah. Sebab, rupiah yang menembus Rp 14.000 per dollar AS sudah diprediksi dan bukan kejutan.
Pelemahan pada indeks terus berlanjut lantaran ada dugaan investor asing mulai mengalihkan dana ke China, seiring penyesuaian indeks MSCI. "Jadi ada info makin banyak
outflow dari Indonesia ke China. Ini yang membuat IHSG terkoreksi dalam," kata Wijen, Selasa (8/5). Sekadar info, beberapa waktu lalu MSCI mengumumkan berencana memasukkan saham A berdenominasi yuan ke dalam indeks. Hal ini akan dimulai Juni nanti. Wijen menyebut, kini Tiongkok menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia, bahkan dunia. Hal ini bisa menjadi alasan banyak pengelola dana asing akhirnya melirik negeri tersebut, sebagai tujuan investasi. "Ada portofolio baru dari indeks MSCI, sehingga bobot asing ada yang dikurangi," terang Wijen. Kekuatan ekonomi R
esearch Manager Shinhan Sekuritas Indonesia Teuku Hendry Andrean menilai, ada juga kemungkinan investor asing pindah ke
emerging market lain. Misalnya ke Vietnam, lantaran pertumbuhan ekonomi di negara tersebut lebih bagus. Apalagi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2018 masih di bawah ekspektasi. Pada kuartal II-2018, ada kekhawatiran pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih rendah lagi. "Apalagi saat lebaran tahun lalu juga pertumbuhan ekonomi Indonesia malah turun," kata Teuku. Dia memprediksi
support terdekat IHSG di posisi 5.650, dengan level psikologis 5.500. Teuku menilai, pelemahan IHSG belakangan ini masih berkaitan dengan rupiah. Jika rupiah masih tertekan terhadap dollar AS, maka ada kecenderungan indeks tertekan. "Sekarang ini kalau bermain jangka pendek sudah cukup berat. Intervensi pemerintah juga sudah, tapi rupiah masih tertekan. Jadi
mindset harus jangka panjang," imbuh dia. Investor berharap pemerintah mengambil kebijakan tepat agar pasar merasakan adanya kepastian. Ini tergantung sikap pemerintah dan harus ada kebijakan yang bisa menenangkan pasar. "Gonjang-ganjing The Fed masih ada, jadi mungkin IHSG tahun ini masih di bawah 6.000," prediksi Teuku.
Saat ini banyak orang menganggap pasar Indonesia dalam tren
bearish. Padahal, jika dilihat secara historis, menurut Wijen, di tahun politik IHSG cenderung mendaki. Dia melihat, rata-rata selama empat periode pemilihan umum, indeks saham terus bergerak naik. "Seharusnya 2019 akan naik lagi," kata dia. Wijen memperkirakan, secara teknikal, IHSG pada pekan depan akan bergerak dengan rentang
support 5.6505.675. Potensi penurunan masih terlihat, tapi cenderung terbatas. Dia menilai, koreksi yang terjadi pada indeks saham sudah cukup dalam. Wijen menyebut, akibat terus merosot, posisi IHSG saat ini sudah dekat dengan
bottom. "Sepertinya ini adalah momentum terakhir untuk bisa mendapatkan saham murah, terutama saham
blue chip," ungkap Wijen. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia