Sinyal kenaikan BI Rate di akhir tahun dari BI



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan alias BI Rate di level 6,5%. Putusan ini membuat BI mempertahankan BI rate untuk ke-13 kalinya.

Namun untuk mengantisipasi potensi tekanan inflasi ke depan, kebijakan menahan bunga acuan ini dibarengi juga dengan kebijakan menaikkan tingkat Giro Wajib Minimum (GWM) primer perbankan menjadi 8%. BI menilai, dengan kebijakan GWM primer tersebut sudah cukup untuk merespons tekanan inflasi ke depan sehingga bunga acuan tidak perlu naik. Namun apakah ini bisa dibaca sebagai sinyal BI akan terus menahan suku bunga acuan di level 6,5% sampai akhir tahun nanti? Gubernur BI Darmin Nasution enggan memberi jawaban eksplisit. Darmin menegaskan, untuk kondisi saat ini, kebijakan menaikkan GWM Primer untuk mengantisipasi tekanan inflasi ke depan dinilai masih cukup memadai. Dus, menaikkan BI rate belum dirasa perlu. "Untuk sekarang ini kami melihat masih cukup," ujarnya usai konferensi pers di Gedung BI Jakarta, Jumat (3/9). Ketika dikejar penegasan, apakah level 6,5% sampai akhir tahun cukup, Darmin menjawab diplomatis. "Kami tidak pakai proyeksi ke depan. Kita ini pokoknya yang ini saja," imbuhnya. Lebih lanjut dia menjelaskan, tekanan inflasi biasanya akan mulai melandai di bulan Oktober dan November, namun akan kembali naik begitu menginjak Desember. "Kalau kita melihat sebelumnya, inflasi di Oktober dan November itu biasanya menurun tapi tidak terlalu tinggi dan Desember sebenarnya bisa naik lagi," ujar Darmin. Nah, boleh jadi ini menjadi sinyal, BI rate di level 6,5% masih akan bertahan setidaknya sampai dua bulan ke depan namun begitu menginjak Desember BI akan mempertimbangkan untuk mengereknya naik seiring tekanan inflasi yang kian besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Djumyati P.