Sinyal kenaikan permintaan tetap ada meski indeks penjualan riil Januari terkontraksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengindikasikan, ada koreksi pertumbuhan penjualan eceran di bulan Januari 2018. Tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang terkontraksi 1,8% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 0,7% (yoy).

BI mencatat, penurunan penjualan eceran tersebut sejalan dengan berakhirnya hari raya Natal dan tahun baru. Penurunan penjualan terutama terjadi pada kelompok durable goods berupa peralatan informasi dan komunikasi serta peralatan rumah tangga lainnya.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, dari survei tersebut terlihat bahwa memang tekanan permintaan di awal tahun dari penjualan durable goods yang rendah.


Selain itu, dari survei juga terlihat bahwa pada penjualan eceran riil Januari 2018, penjualan kelompok makanan, minuman, dan tembakau terkontraksi sebesar 9,1 secara bulanan atau turun dari 7,5% (mtm) pada bulan sebelumnya. Menurut BI, hal ini akibat berakhirnya faktor musiman perayaan Natal dan liburan akhir tahun.

Meski begitu, menurut Bhima, kelompok makanan memang turun kemungkinan karena Januari inflasi pangannya tinggi. “Jadi masyarakat kurangi belanja bahan makanan dan makanan jadi,” ujarnya kepada KONTAN, Jumat (9/3).

Namun demikian, di beberapa segmen justru ada perbaikan, misalnya IPR kelompok suku cadangan dan aksesoris yang naik 3,7% (yoy) dan kelompok barang lainnya termasuk pakaian jadi tumbuh 5% (yoy).

“Dengan demikian, sinyal kenaikan permintaan tetap ada dalam jangka menengah yang penting tekanan kenaikan harga ritelnya rendah,” ucapnya.

Sementara itu, dari sisi durable goods perlengkapan rumah tangga yang masih belum naik, Bhima mengatakan bahwa pergerakannya akan menunggu siklus perbaikan permintaan properti. Namun, biasanya agak jangka panjang.

“Sekarang bank sedang gencar kasih promo bunga KPR. Harapannya pertengahan tahun sudah ada kenaikan permintaan. Apalagi sinyal positif gaji PNS naik. Ada 4,5 juta PNS pasti boost demand KPR,” jelasnya.

Bhima memprediksi, IPR di daerah luar Pulau Jawa khususnya Kalimantan dan Sumatera akan membaik seiring peningkatan pendapatan masyarakat yang bekerja di sektor komoditas. Namun demikian, bakal ada laginya 3-6 bulan. “Hal ini wajar bahwa belum tercermin dalam awal tahun,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto