Sinyal kenaikan rating Indonesia dari S&P



JAKARTA. Peluang indeks saham naik tinggi tahun ini mulai terlihat. Tahun ini, lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's berpotensi menaikkan peringkat utang Indonesia ke level layak investasi alias investment grade.

DBS Group Holdings melaporkan, seperti dikutip Bloomberg, S&P Global Ratings mulai mempertimbangkan meningkatkan peringkat utang Indonesia tahun ini.

Ekonom DBS Group Gundy Cahyadi menyebut dalam riset yang dirilis kemarin (19/1), faktor kunci yang menahan S&P meningkatkan peringkat utang Indonesia jadi layak investasi di tahun lalu kini menunjukkan perbaikan. Faktor tersebut di antaranya kredit bermasalah alias non performing loan (NPL).


Tahun lalu, akibat perlambatan ekonomi, NPL perbankan memang cenderung meningkat. S&P melihat ini sebagai salah satu faktor risiko, sehingga urung menaikkan peringkat utang Indonesia. Nah, tahun ini, NPL mulai membaik.

Defisit fiskal juga mulai menyempit, sering potensi kenaikan penerimaan pajak tahun ini. S&P juga menilai strategi pemerintah dalam menggunakan anggaran belanja tahun ini lebih baik.

Status layak investasi dari S&P memang sudah lama ditunggu-tunggu. Sekadar mengingatkan, S&P adalah satu-satunya perusahaan pemeringkat internasional yang belum menyematkan peringkat layak investasi bagi Indonesia.

Perusahaan pemeringkat lain, Fitch Ratings dan Moody's, sudah memberi peringkat investment grade bagi Indonesia. Tahun lalu Indonesia gagal memperoleh peringkat layak investasi dari S&P.

Perusahaan pemeringkat ini mempertahankan peringkat utang Indonesia di BB+ dengan outlook positif. Analis menilai peringkat layak investasi akan menjadi sentimen positif bagi pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang mencetak kinerja positif tahun ini bila S&P menetapkan peringkat layak investasi bagi Indonesia.

Cermati ekonomi

Trump Cuma dalam waktu dekat, pasar saham akan lebih banyak dipengaruhi sentimen dari Amerika Serikat (AS). Kepala Riset Erdikha Elit Securities Wilson Sofan memprediksi, pelaku pasar akan cenderung wait and see dan pasar bergerak sideways menanti kejelasan kebijakan Trump, terutama terkait perekonomian.

"Kebijakan Trump masih banyak simpang siur, sehingga pekan ini diharapkan ada kepastian," ujar dia pada KONTAN, Kamis (19/1).

Sekadar mengingatkan, hari ini Trump akan dilantik sebagai presiden AS. Nah, pelaku pasar menunggu isi pidato Trump di pelantikan ini. Wilson memperkirakan, pasar sudah mengantisipasi pidato Trump.

Dus, jika pun pasar AS merespons negatif dan dollar AS melemah, pasar saham lokal akan tetap positif. Pasar juga menantikan struktur kabinet dan program presiden AS baru ini.

Kepala Riset Koneksi Capital Alfred Nainggolan menilai, karena kebijakan ekonomi Trump sudah diekspektasi pasar, sentimen negatif di pasar tak terlalu kuat. Pekan depan, Alfred memprediksi IHSG akan menguat dengan range pergerakan terbatas. Ia memprediksi IHSG bergerak antara 5.270–5.360.

Sedang Wilson menghitung kisaran pergerakan IHSG jangka pendek antara 5.270–5.330. Alfred bilang, dengan prospek dalam negeri yang cukup baik, investor bisa melihat saham-saham yang nilai bukunya di bawah satu kali, tapi sektor dan fundamentalnya cukup kuat.

Misalnya, saham MEDC, ADRO, BBRI dan WSKT. Saham pilihan Wilson adalah AKRA, BBCA, CTRA, ICBP, INTP, SCMA dan TLKM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie