Sinyal kuat penurunan suku bunga, simak strategi untuk saham bank dan properti



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinyal kuat penurunan suku bunga digadang-gadang bisa memberikan keuntungan bagi sejumlah sektor, antar lain perbankan dan properti.

Analis Pefindo, Hendro Utomo menjelaskan, sektor yang paling terdampak oleh suku bunga adalah perbankan. Menurut dia, sektor jasa keuangan perbankan dan pembiayaan sangat terpengaruh oleh indikator makro seperti suku bunga.

“Jika suku bunga turun akan jadi pemacu bagi kinerja sektor keuangan karena bunga yang lebih rendah berdampak pada pembiayaan yang bisa lebih murah,” kata Hendro saat ditemui di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (17/7).


Menurut Hendro, sentimen suku bunga bisa berpengaruh pada penyaluran kredit karena penawaran bunganya jadi lebih menarik bagi debitur. Kendati demikian, karena The Fed masih menahan suku bunga acuan di level yang sama, kalau Bank Indonesia (BI) memilih untuk menurunkan, bisa-bisa terjadi capital outflow dan membuat mata uang rupiah melemah.

Namun, jika tidak ada perubahan suku bunga, tentunya kondisi yang saat ini terjadi di perbankan bisa berlanjut yakni pengetatan pendanaan dan pertumbuhan kredit cukup tinggi di beberapa bulan terakhir. Sementara itu margin dan profitabilitasnya masih kurang menarik karena dari sisi pendanaan masih mahal sehingga bisa menggerus margin.

Hendro menjelaskan, dampak suku bunga ini tidak instan ke sektor perbankan. Akan lebih terasa di 2020 karena masih banyak sentimen di semester kedua yang akan memengaruhi sektor ini termasuk pembentukan kabinet kerja.

Kepala Riset Narada Asset Manajemen, Kiswoyo Adi Joe justru menyatakan dirinya belum yakin BI akan menurunkan suku bunga karena masih menunggu pengumuman The Fed di akhir bulan ini. “Memang ada beberapa sektor seperti perbankan dan properti yang akan diuntungkan dengan penurunan suku bunga. Tapi sayangnya penurunan itu tidak akan berdampak langsung ke sektor ini,” jelasnya.

Kiswoyo bilang, sebenarnya yang ditunggu investor bukan pengumuman BI. Investor menunggu pengumuman The Fed pada akhir bulan ini agar ada katalis positif bagi capital inflow.

Menurut Kiswoyo kalaupun suku bunga turun, sektor properti tidak akan naik dalam waktu singkat. Buktinya saat ini stok rumah lebih banyak daripada orang yang beli sehingga harganya masih susah naik.

Begitu juga dengan perbankan. Menurut Kiswoyo selama ini suku bunga naik, emiten perbankan tidak serta merta menaikkan suku bunga kredit. Penurunan suku bunga sebesar 0,25% menurut Kiswoyo sudah biasa untuk perbankan dan belum cukup berpengaruh.

Ada beberapa strategi yang bisa diterapkan investor sambil menunggu pengumuman The Fed akhir bulan ini. Pertama, mencermati saham perbankan. “Walaupun sekarang harga sahamnya sudah premium, jika ada koreksi 10%-20% saham BBCA, BBNI, BBRI, dan BMRI investor bisa langsung beli saja. Sebab lebih menguntungkan daripada transaksi saham properti.

Kedua, mencermati sahamnya masing-masing. Kiswoyo bilang kalau harganya premium boleh langsung dijual saja.

Terakhir tidak ada salahnya investor juga melirik saham-saham blue chip yang murah di sektor konsumer untuk dibeli. Kiswoyo menyarankan saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Menurut dia investor bisa beli di kedua saham ini di target harga UNVR Rp 58.000 dan HMSP Rp 3.800 hingga akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati