Sinyal penurunan bunga The Fed masih menjadi energi bagi rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah di pasar spot menguat 0,42% ke level Rp 14.008 di akhir pekan lalu (12/7). Rupiah masih berpeluang menguat lagi pada Senin (15/7).

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, faktor utama yang membuat rupiah bisa menguat lagi masih berasal dari testimoni Ketua The Fed Jerome Powell yang memberi isyarat kuat menggunting bunga. Testimoni Powell ini menekan dollar AS.

Dalam testimoninya, Powell menyebutkan bahwa ekonomi Amerika Serikat (AS) masih tertekan kegiatan industri yang melemah, jinaknya inflasi dan perang dagang yang semakin memanas.


"Dari testimoni tersebut mengindikasikan sinyal penurunan suku bunga The Fed dan seakan tidak mengindahkan naiknya laju inflasi AS yang dirilis pekan lalu," jelas Ibrahim.

Dari faktor domestik, Ibrahim menyebutkan,  disetujuinya Destry Damayanti sebagai calon Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia oleh Komisi XI DPR menjadi pendukung rupiah untuk kembali menguat. Ini karena Destry dianggap pro pasar..

Walau ada peluang menguat, Ibrahim mengingatkan ada beberapa sentimen yang bisa menghambat laju penguatan rupiah. Sentimen tersebut datang dari global dan domestik.

Dari global, adanya kekhawatiran AS akan melakukan tindakan balasan terhadap Prancis yang mengenakan tarif pajak terhadap perusahan berbasis IT untuk korporasi AS.

"Saat ini Presiden AS Donald Trump bertitah untuk dilakukannya investigasi terhadap rencana Perancis tersebut, dengan ancaman pengenaan tarif impor tambahan atau pembatasan dagang lain," ujar Ibrahim.

Sedangkan dari domestik, Ibrahim menilai harga minyak mentah yang memanas dapat berpengaruh di pasar keuangan Indonesia.

Senin (15/7), Ibrahim memprediksi rupiah akan bergerak berada di rentang Rp 13.980 - Rp 14.040 per dollar AS dengan kecenderungan menguat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat