Terbebani The Fed, rupiah loyo sepekan



JAKARTA. Perhatian pasar yang tinggi pada setiap langkah The Fed jadi beban pemberat bagi nilai tukar rupiah sepanjang pekan ini.

Di pasar spot, Jumat (3/6), kurs rupiah berhasil menguat 0,35% dari hari sebelumnya ke level Rp 13.595 per dollar AS. Namun, sepanjang pekan ini, mata uang Garuda masih terdepresiasi tipis 0,05%.

Sedangkan, kurs tengah Bank Indonesia mencatat, Jumat, rupiah menguat 0,60% ke posisi Rp 13.612 per dollar AS. Meskipun, sepekan, kurs rupiah masih tertekan 0,27%.


Tonny Mariano, Analis PT Esandar Arthamas Berjangka menilai, tekanan datang sejak awal pekan pasca Gubernur The Fed Janet Yellen memberi peluang kuat kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Selain itu, pertumbuhan ekonomi AS kuartal I 2016 tumbuh positif. Ini mencuatkan ekspektasi kenaikan suku bunga AS.

“Pada saat dollar AS diunggulkan pasar, mata uang Asia lainnya tertekan. Apalagi data ekonomi Jepang dan China negatif,” jelas Tonny. Hal ini pula yang menyeret nilai tukar mata uang emerging market termasuk rupiah.

Beban eksternal yang besar datang di saat rupiah nyaris tidak punya kekuatan dari sisi domestik. Inflasi yang terjadi pada April 2016 sebesar 0,24% tidak kuat menopang untuk jangka panjang. “Karena inflasi itu pun terbilang rendah, jadi hanya positif sementara, belum bisa untuk mengubah arah pergerakan signifikan,” jelas Tonny.

Lanjut Tonny, ada rebound tipis di tengah pekan karena aksi profit taking dollar AS, tapi tidak lantas menghapus pelemahan dalam sepekan.

"Tapi, paling tidak sudah berhasil tutup pekan di bawah level Rp 13.600 per dollar AS," kata Tonny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini