Sistem Finansial Islandia Hadapi Risiko Sistemik



REYKJAVIK. Islandia beberapa waktu lalu membuat dunia gempar karena semburan abu dari Gunung Eyjafjallajokul. Saat ini, Islandia kembali melempar bola panas ke Eropa. Gubernur Bank Sentral Islandia Mar Gumundsson mengatakan, Islandia masih harus mengatasi kelemahan regulasi di sektor finansial agar negara pulau itu tidak terperosok ke dalam krisis ekonomi. Maklum, pada saat krisis ekonomi 2008 silam tiga bank terbesar di Islandia kolaps.

“Sejumlah kelemahan yang ada di peraturan dan pengawasan sebelum krisis harus diperhatikan, terutama untuk mengenali dan merespons risiko sistemik," tulis Gudmundsson dalam laporan stabilitas finansial yang dirilis oleh bank sentral Islandia, Kamis (3/6). Pernyataan gubernur bank sentral itu menunjukkan bank sentral akan menerapkan aturan yang lebih ketat ketimbang praktik yang lazim berlaku di dunia internasional.

Pada Oktober 2008, tiga bank Islandia, yaitu Kaupthing Bank hf, Glitnir Bank hf dan Landsbanki Islands hf kolaps setelah beban utangnya membengkak menjadi 10 kali lipat dari PDB Islandia. Kolapsnya tiga bank itu membuat negara yang memiliki pendapatan perkapita terkaya nomor lima di dunia ini mengalami resesi terburuk sejak kemerdekaannya di tahun 1944. Islandia terpaksa menerima bailout senilai US$ 4,6 miliar dari International Monetary Fund (IMF) untuk mengatasi masalah tersebut.


Sebuah komisi parlemen Islandia pada 12 April lalu melaporkan bahwa pemerintah, bank sentral, dan otoritas pengawas finansial Islandia telah lalai sehingga tidak mengetahui risiko kredit yang berkembang dua tahun silam. Pemerintahan Perdana Menteri Johanna Sigurdardottir yang menjabat sejak Januari 2009 lalu telah berjibaku untuk membangun kembali perekonomian Islandia dan membangun hubungan baik dengan investor internasional.

Otoritas pengawas finansial Islandia saat ini tengah menyelidiki dugaan malpraktik yang dilakukan oleh ketiga bank yang kolaps dan Straumur Burdaras hf, sebuah perusahaan investasi. Hasil penyelidikan awal akan diumumkan awal bulan ini. Ketika kolaps, kewajiban Kaupthing mencapai U$ 32 miliar atau 2,5 kali dari nilai asetnya. Sedangkan utang Glitnir mencapai U$ 28 miliar. Sebagian besar kreditur bank-bank tersebut setuju untuk mengambilalih saham bank-bank tersebut untuk mengganti kerugian mereka.

Inggris dan Belanda yang menyimpan dananya di bank Landsbanki mengatakan rekening mereka dijamin oleh pemerintah Islandia. Jadi, saat ini Islandia berutang kepada Inggris dan Belanda senilai US$ 5,3 miliar.

Editor: Test Test