Sistem kelistrikan terinterkoneksi, PLN Sasar industri di Sulawesi Tenggara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tersambungnya ruas transmisi antara Malilili dan Lasusua pada 19 September 2019 lalu membuat sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan (Sulsesl) dan Sulawesi Tenggara (Sultra) telah terinterkoneksi. Dengan itu, daya mampu yang dapat dievakuasi dari sistem Sulsel ke Sultra mencapai 400 Megawatt (MW).

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berharap kondisi tersebut dapat membuka peluang investasi bisnis dari pelanggan Industri di Provinsi Sultra. General Manager PLN UIW Sulselrabar Ismail Deu menyebut bahwa saat ini PLN siap melayani kebutuhan listrik investor di Sultra.

“Interkoneksi ini memberi peluang kepada investor untuk berinvestasi tanpa khawatir akan pasokan energi listrik. Sistem kami pun semakin andal karena adanya penurunan beban. Kami siap melayani investor kapanpun, dan berapapun dayanya” ungkap Ismail melalui keterangan tertulisnya, Jum'at (18/10).


Baca Juga: Ada anggapan gross split merugikan investor migas, mitos atau fakta?

Ismail mencontohkan, salah satu pelanggan industri makro PLN yaitu PT Ceria Nugraha Indotama. Perusahaan tambang yang memiliki smelter nikel telah menandatangani Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) layanan khusus Premium Platinum bersama PLN Unit Induk Wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat (UIW Sulselrabar) dengan daya 350 MVA (1/10).

Ismail bilang, selain sektor Industri Makro, PLN juga menyasar pelanggan Industri Mikro di Sulawesi Tenggara. Salah satunya, kata Ismail, adalah konversi energi dari genset ke listrik daya 197 kVA oleh pengusaha penggilingan padi UD Sinar Swastika di Kabupaten Konawe.

Dengan konversi tersebut pelanggan dapat menghemat biaya produksi sebesar 30%-50% setelah beralih menggunakan listrik.

Baca Juga: Berikut hambatan investasi infrastruktur digital tanah air

Menurut Ketut Swastika, pengusaha UD Sinar Swastika, keuntungan yang didapatkan adalah tidak ada biaya untuk pembelian solar dan pemeliharaan material karena genset sudah di nonaktifkan. “Banyak sekali kendala memakai genset. Kami banyak menghemat, biaya untuk pembelian solar sudah tidak diperlukan,” kata Ketut.

Adapun Rasio Elektrifikasi di Sulawesi Tenggara sudah mencapai 97,12% serta proyeksi pertumbuhan pelanggan besar di Sulawesi Tenggara pada tahun 2025 adalah sebesar 710 MW. 

Sampai dengan saat ini di Provinsi Sulawesi Tenggara sudah ada empat pelanggan industri yang sudah menandatangani SPJBTL dengan keseluruhan total daya sebesar 634 MVA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .