Sistem kluster XL bikin agen server pulsa geregetan



JAKARTA. Sistem distribusi pulsa PT XL Axiata Tbk (XL) dengan membagi distribusi voucer pulsa berdasarkan wilayah tertentu atau jamak disebut sebagai sistem kluster membuat para pebisnis agen server pulsa meradang. Dwi Lesmana, Ketua Umum Asosiasi Server Pulsa Indonesia (Aspindo), menolak disalahkan. “Masalah pemetaan data oleh operator bukan urusan kami,” tandas agen server besar di Bandung itu.Dalam sistem ini, XL melarang keras transaksi antarkluster. Tujuannya untuk memudahkan operator memonitor peredaran kartu perdana dan menjamin ketersediaan pulsa sampai ke pelosok daerah. Dengan sistem ini, XL ingin mencegah penjualan pulsa dari diler resmi di wilayah tertentu ke subdiler atau agen yang menjual pulsa di daerah lain. Aspindo juga ogah dituding sebagai penyebab tertundanya pengiriman pulsa ke pelanggan. “Sebenarnya, subdiler XL juga melewati dua kali proses server dan engine top up yang sama. Mungkin, saat itu, server XL sedang mengalami gangguan,” kata Dwi balik menuduh. Kekesalan Dwi memuncak ketika April 2010 lalu XL mengedarkan poster berisi anjuran agar pada pelanggan agar tidak membeli pulsa dari para agen server karena bisa menyebabkan pengiriman pulsa terlambat. Bagi Dwi, poster anjuran XL itu merupakan kampanye memojokkan (black campaign) terhadap agen server. “XL blunder karena mereka mematikan jalur distribusi sendiri. Sebab, selama ini, kami menyumbang penjualan terbesar,” klaimnya. Dwi mengakui, larangan transaksi antarkluster bakal mempersulit gerak bisnis agen server. Soalnya, cip Dompul diblokir saat melakukan transaksi antarkluster. Sebagai informasi, Dompul adalah mesin penambah pulsa (engine top-up), sebagaimana halnya M-Kios pada Telkomsel dan Sev pada Indosat. “Kami dipaksa mengambil stok dari satu diler saja. Bagaimana jika stok habis atau harga jual satu diler dengan diler di kluster lain berbeda jauh?” keluhnya. Rudi Susanto, pemilik Prima HP, diler resmi XL, membenarkan perbedaan harga jual itu. Soalnya, XL tidak menetapkan batas atas atau batas bawah harga jual voucer. Sebagai informasi, Rudi mengambil margin 2% hingga 3% saat menjual pulsa XL nominal Rp 10.000 yang ia beli seharga Rp 9.800. Diler lain bisa saja mengambil margin lebih tinggi lagi.Tapi, XL membela diri. Menurut mereka, sistem kluster justru mencegah persaingan yang tidak sehat. “Sebab, RO atau agen server tidak bisa membeli dari diler lain yang harganya lebih murah,” kata Febriati. Artinya, kalau mereka tidak bisa seenaknya berburu pulsa dengan harga lebih murah di wilayah atau kluster lain.Namun, Dwi menilai, sistem klaster XL itu memiliki kelemahan. Agen server atau RO bisa saja mengakali dengan membuat server dan cip Dompul baru di tiap kluster. Lantas, stok pulsa bisa disalurkan ke jejaring miliknya.Artinya, bagi Dwi, sistem kluster XL itu bisa saja tidak akan mempengaruhi angka penjualan pulsa agen server. Cuma, para pemain server harus rela keluar biaya tambahan untuk membuka satu stock point jika ingin bertransaksi antarkluster. “Modalnya adalah membeli personal computer (PC), modem, dan biaya bulanan internet,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: