Sistem resi gudang masih mangkrak



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) masih mangkrak. Hal tersebut dikarenakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum dapat mengelola.

"SRG belum berhasil dengan baik terutama pada SDM, kita belum mempersiapkan pengelolanya," ujar Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, Rabu (7/2).

Enggar bilang penerapan SRG akan membantu bagi petani. SRG dapat diimplementasikan sebagai sarana tunda jual, pemantauan stok, dan alternatif pembiayaan modal kerja bagi petani.


Dampak dari penerapan SRG selain menjaga stok juga dapat digunakan untuk menjaga harga. Stok yang terhitung dan penundaan penjualan dapat membuat harga dapat terjaga tidak jatuh dan tidak melambung.

Selain SRG, Enggar pun sepakat untuk menambah pasar induk di daerah sentra produksi. Penambahan pasar induk itu berfungsi sebagai patokana harga beras di beberapa daerah.

Selain itu pasar induk di daerah sentra produksi dapat mengurangi biaya distribusi. Pasalnya selama ini beras bergerak dari sentral produksi ke pasar induk seperti Cipinang yang kemudian di jual kembali ke beberapa daerah.

Adanya pasar induk tersebut akan membuat distribusi lebih efisien. Sebelumnya usulan mengenai pengembangan pasar induk telah disampaikan oleh ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Syarkawi Rauf.

Syarkawi bilang saat ini Indonesia selalu berpatokan pada stok di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Harga beras di PIBC pun dinilai menjadi referensi harga nasional.

"Kalau pasokan di PIBC kurang 30%, seolah seluruh Indonesia kekurangan beras padahal ada daerah yang masih cukup," terang Syarkawi.

Oleh karena itu pemerintah perlu mendorong pembangunan pasar induk di sentra produksi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatera selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto