Situasi memanas di Teluk Persia, Iran tuding AS melatih kelompok teroris



KONTAN.CO.ID - TEHERAN. Iran kembali mengancam AS di Teluk Persia melalui pelecehan baru terhadap kapal-kapal angkatan laut AS dan pesan-pesan yang menuntut AS meninggalkan wilayah itu.

Melansir Jerusalem Post, ini adalah bagian dari rencana permainan Teheran di Timur Tengah untuk mencoba mengeluarkan AS dari Irak dan Suriah sambil juga melakukan ancaman tusuk jarum di Teluk.

Iran telah melecehkan kapal-kapal AS di Teluk selama beberapa dekade tetapi retorika baru dirancang untuk meningkatkan ketegangan di front ini. Di Suriah, media Iran juga mengirim pesan terhadap AS, dengan mengklaim AS "melatih para teroris."


Baca Juga: Iran klaim sudah tingkatkan jangkauan rudal laut menjadi 700 km

Dengan turunnya harga minyak, nilai kawasan Teluk menjadi kurang strategis. Akan tetapi, Iran tetap ingin membuat hubungannya dengan AS kian panas. Pekan lalu, sebelas kapal cepat Korps Pengawal Revolusi Islam Iran mendekati beberapa kapal AS, termasuk kapal yang melakukan latihan helikopter dan kapal perusak. Kapal cepat IRGC membuat manuver berbahaya dengan jarak hanya 10 yard dengan kapal angkatan laut AS. Amerika merilis rincian tentang insiden itu.

Baca Juga: Trump bersedia memberikan bantuan ke Iran untuk tangani corona, jika...

Selama beberapa hari berikutnya IRGC mengatakan bahwa "teroris" AS adalah sumber ketidakstabilan regional. Kemudian Iran mengumumkan drone bersenjata baru dan radar jarak jauh baru. Itu juga meluncurkan putaran anti-tank baru yang dikatakan bisa dijatuhkan dari drone. Ini dirancang untuk meningkatkan tekanan terhadap AS.

Iran melangkah lebih jauh pada akhir pekan, dengan mengumumkan rudal angkatan laut baru miliknya yang dapat mencapai jarak 700 km dan mendesak pasukan asing untuk pergi setelah insiden.

Baca Juga: Ternyata, Iran sedang bersiap membangun kapal selam bertenaga nuklir

Presiden Iran Hassan Rouhani menelepon rekan-rekannya dari Kuwait dan memberi tahu mereka tentang kemarahan Iran tentang kehadiran AS.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie