NEW YORK. Aksi retas-meretas makin marak terjadi. Setelah media sosial dan beberapa situs resmi milik pemerintah kini giliran perusahaan media yang terkena batu. Secara mengejutkan, Rupert Murdoch membeberkan bahwa situs harian The Wall Street Journal (WSJ) masih mengalami gangguan akibat serangan peretas atau
hacker dari China. Pemimpin perusahaan media, News Corp ini melalui akun Twitter-nya menuding peretas asal China berada dibalik aksi tersebut.
"Orang China masih melakukan peretasan terhadap kami, atau hingga akhir pekan ini," kicau Murdoch dalam akun Twitternya. The WSJ pekan lalu melaporkan bahwa kelompok peretas mencoba untuk memantau kegiatan mereka di China. Mereka mengatakan bahwa kelompok peretas memasuki jaringan komputer melalui kantor biro yang terletak di Beijing. Aksi para peretas ini berhasil menginfiltrasi jaringan komputer global The WSJ dan menargetkan data milik wartawan media tersebut. Peristiwa ini terjadi setelah laporan New York Times menyebutkan bahwa situs mereka juga telah diganggu dalam empat bulan terakhir.
China membantah
Kementerian Luar Negeri China telah membantah keterlibatan mereka dalam kasus-kasus peretasan tersebut. Meskipun belakangan intensitas tuduhan terhadap keterlibatan mereka terus meningkat.
Pada Sabtu pekan lalu, harian The Washington Post mengungkapkan bahwa mereka juga pernah menjadi target serangan
cyber yang cukup canggih pada tahun 2008 dan kembali terjadi pada tahun 2011. Harian itu mengatakan bahwa pemimpin perusahaan penerbitan koran itu mencurigai serangan tersebut merupakan aksi dari peretas China. Pemimpin Google, Eric Schmidt juga sempat menuding bahwa China berada di belakang serangkaian aksi peretasan yang terjadi belakangan ini. Juru Bicara Menteri Luar Negeri China, Hong Lei menekankan bahwa undang-undang mereka melarang aksi peretasan dan klaim tuduhan yang disampaikan oleh the New York Times dinilai sebagai hal yang tidak berdasar.
Editor: