Catur adalah olahraga yang mengasah otak dan dipercaya mempunyai banyak manfaat. Selain mengembangkan daya ingat, catur juga mengajarkan pemikiran logis, mandiri, imajinatif, dan kreatif.Setidaknya, itulah yang menjadi harapan Grand Master Utut Adianto saat mendirikan Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) pada 1993 lalu. Sejak SCUA diwaralabakan mulai 2006, kini Utut sudah menjaring 20 mitra yang tersebar di pelbagai kota, seperti Serpong, Manado, Yogyakarta, dan Semarang. Dua jenis paketUtut menawarkan dua paket waralaba. Pertama, paket dengan nilai investasi sebesar Rp 38 juta untuk tiga tahun kerjasama. Kedua, paket investasi senilai Rp 53 juta untuk lima tahun kerja sama. Selain itu, mitra juga harus membayar royalty fee 10% dari omzet per bulan.Mitra akan mendapatkan peralatan usaha lengkap termasuk promosi. Peralatan usaha tersebut antara lain empat set peralatan catur lengkap, mulai dari meja latihan, papan catur standar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) ukuran petak 6 cm x 6 cm, jam catur, hingga tentu saja bidak catur.Untuk promosi, mitra akan mendapatkan banner promosi dan brosur sebanyak 2.000 lembar. Termasuk buku diktat untuk dibagikan ke para peserta kursus catur.Calon yang tertarik menjalankan bisnis sekolah catur ini harus menyiapkan ruangan dengan ukuran minimal 4 m x 5 m. "Jadi, tidak butuh tempat yang terlalu luas," kata Djoni Oentoro, Manajer Pengembangan Cabang SCUA.SCUA menjaring peserta kursus mulai umur 6 tahun. Namun, menurut Djoni, sebagian besar peserta adalah anak SD dan SMP. Kelas kursus terbagi menjadi beberapa jenjang, yakni basic, intermediate, dan advanced. Untuk menempuh masing-masing tingkatan, setidaknya membutuhkan waktu satu tahun. "Dari awal hingga lulus bisa 3 tahun," kata Djoni.Djoni menyatakan, biaya kursus berbeda-beda di tiap daerah, tergantung kesepakatan antara pusat dengan mitra. Tapi, kisarannya antara Rp 250.000 sampai Rp 350.000 tiap jenjang per bulan. Dengan biaya kursus sebesar itu, ia menghitung omzet per tiga bulan bisa sebesar Rp 15 juta sampai Rp 20 juta.Omzet ini berasal dari biaya kursus untuk 30 sampai 50 orang peserta didik. "Bisa balik modal dalam waktu 1 tahun sampai 1,5 tahun," janji Djoni. Untuk menambah pemasukan, SCUA juga bekerja sama dengan sekolah-sekolah umum dengan menawarkan pengajar untuk kegiatan ekstra-kulikuler catur. SCUA menjanjikan tenaga pengajar yang sudah menyabet gelar master nasional dan internasional. Beberapa nama, seperti Irwanto Sadikin, Respati Fitri, dan Yulianti Tjindarbumi masuk dalam barisan pengajar di SCUA.Tenaga pengajar untuk wilayah Jabotabek merupakan pengajar lepas dengan tarif Rp 100.000 sampai Rp 125.000 per sesi. Sementara, di luar daerah Jabodetabek merupakan pengajar tetap, dengan gaji antara Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta per bulan. "Kami yang menyediakan pengajar, namun fee pengajar ditanggung mitra," kata Djoni. Namun, Ming, mitra SCUA yang membuka sekolah catur di kawasan Gading Serpong, Tangerang, mengungkapkan, jumlah peserta kursus tidak sebanyak yang diperkirakan sebelumnya, antara 30 hingga 50 orang. Karena itu, Ming yang sudah berkongsi dengan Utut sejak 2008, belum juga balik modal. "Diperkirakan baru balik modal saat genap berdiri 3 tahun," ujarnya. Saat ini, jumlah peserta kursus hanya sekitar 20 orang.Kawasan Gading Serpong yang tidak seramai dulu adalah penyebab minimnya peserta kursus. "Pastikan tempatnya ramai, mudah dijangkau, dan memiliki akses kendaraan umum," saran Ming.Calon mitra juga harus memastikan lokasi yang dipilih merupakan kawasan elite. Sebab, biaya kursus yang relatif mahal hanya terjangkau kalangan menengah atas.SCUA Jl. Siliwangi No. 15 Bekasi TimurTelp. 021-82412452
Skak mat, laba sekolah catur langsung didapat
Catur adalah olahraga yang mengasah otak dan dipercaya mempunyai banyak manfaat. Selain mengembangkan daya ingat, catur juga mengajarkan pemikiran logis, mandiri, imajinatif, dan kreatif.Setidaknya, itulah yang menjadi harapan Grand Master Utut Adianto saat mendirikan Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) pada 1993 lalu. Sejak SCUA diwaralabakan mulai 2006, kini Utut sudah menjaring 20 mitra yang tersebar di pelbagai kota, seperti Serpong, Manado, Yogyakarta, dan Semarang. Dua jenis paketUtut menawarkan dua paket waralaba. Pertama, paket dengan nilai investasi sebesar Rp 38 juta untuk tiga tahun kerjasama. Kedua, paket investasi senilai Rp 53 juta untuk lima tahun kerja sama. Selain itu, mitra juga harus membayar royalty fee 10% dari omzet per bulan.Mitra akan mendapatkan peralatan usaha lengkap termasuk promosi. Peralatan usaha tersebut antara lain empat set peralatan catur lengkap, mulai dari meja latihan, papan catur standar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) ukuran petak 6 cm x 6 cm, jam catur, hingga tentu saja bidak catur.Untuk promosi, mitra akan mendapatkan banner promosi dan brosur sebanyak 2.000 lembar. Termasuk buku diktat untuk dibagikan ke para peserta kursus catur.Calon yang tertarik menjalankan bisnis sekolah catur ini harus menyiapkan ruangan dengan ukuran minimal 4 m x 5 m. "Jadi, tidak butuh tempat yang terlalu luas," kata Djoni Oentoro, Manajer Pengembangan Cabang SCUA.SCUA menjaring peserta kursus mulai umur 6 tahun. Namun, menurut Djoni, sebagian besar peserta adalah anak SD dan SMP. Kelas kursus terbagi menjadi beberapa jenjang, yakni basic, intermediate, dan advanced. Untuk menempuh masing-masing tingkatan, setidaknya membutuhkan waktu satu tahun. "Dari awal hingga lulus bisa 3 tahun," kata Djoni.Djoni menyatakan, biaya kursus berbeda-beda di tiap daerah, tergantung kesepakatan antara pusat dengan mitra. Tapi, kisarannya antara Rp 250.000 sampai Rp 350.000 tiap jenjang per bulan. Dengan biaya kursus sebesar itu, ia menghitung omzet per tiga bulan bisa sebesar Rp 15 juta sampai Rp 20 juta.Omzet ini berasal dari biaya kursus untuk 30 sampai 50 orang peserta didik. "Bisa balik modal dalam waktu 1 tahun sampai 1,5 tahun," janji Djoni. Untuk menambah pemasukan, SCUA juga bekerja sama dengan sekolah-sekolah umum dengan menawarkan pengajar untuk kegiatan ekstra-kulikuler catur. SCUA menjanjikan tenaga pengajar yang sudah menyabet gelar master nasional dan internasional. Beberapa nama, seperti Irwanto Sadikin, Respati Fitri, dan Yulianti Tjindarbumi masuk dalam barisan pengajar di SCUA.Tenaga pengajar untuk wilayah Jabotabek merupakan pengajar lepas dengan tarif Rp 100.000 sampai Rp 125.000 per sesi. Sementara, di luar daerah Jabodetabek merupakan pengajar tetap, dengan gaji antara Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta per bulan. "Kami yang menyediakan pengajar, namun fee pengajar ditanggung mitra," kata Djoni. Namun, Ming, mitra SCUA yang membuka sekolah catur di kawasan Gading Serpong, Tangerang, mengungkapkan, jumlah peserta kursus tidak sebanyak yang diperkirakan sebelumnya, antara 30 hingga 50 orang. Karena itu, Ming yang sudah berkongsi dengan Utut sejak 2008, belum juga balik modal. "Diperkirakan baru balik modal saat genap berdiri 3 tahun," ujarnya. Saat ini, jumlah peserta kursus hanya sekitar 20 orang.Kawasan Gading Serpong yang tidak seramai dulu adalah penyebab minimnya peserta kursus. "Pastikan tempatnya ramai, mudah dijangkau, dan memiliki akses kendaraan umum," saran Ming.Calon mitra juga harus memastikan lokasi yang dipilih merupakan kawasan elite. Sebab, biaya kursus yang relatif mahal hanya terjangkau kalangan menengah atas.SCUA Jl. Siliwangi No. 15 Bekasi TimurTelp. 021-82412452