KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemenuhan cadangan beras pemerintah (CBP) kini dilakukan dengan skema komersial. Hal ini dilakukan setelah melalui fleksibilitas harga dari Rp8.300 ke Rp8.800 belum maksimal membuat Bulog menyerap beras/gabah di lapangan. Maino Dwi Hartono Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) mengatakan, kebijakan fleksibilitas harga dicabut lantaran justru mengerek harga beras/gabah. Kini strategi yang diusung dalam meningkatkan CBP ialah dengan skema komersial. Dengan komersial artinya Bulog menyerap gabah/beras sesuai harga pasar.
Baca Juga: Pengamat Pertanian Nilai Tak Perlu Impor untuk Penuhi Cadangan Beras Pemerintah "Memaksimalkan penyerapan antara lain melalui pembelian komersial. Jadi Bulog selain melalui HPP juga bisa melakukan pembelian secara komersial atau sesuai dengan harga pasar," kata Maino kepada Kontan.co.id, Minggu (20/11). Selain itu, penyerapan akan dilakukan pada daerah yang masih memiliki panen padi. Misalnya seperti di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Koordinasi pemetaan daerah yang masih memiliki panen dilakukan antara pemerintah, Bulog dan juga persatuan penggilingan padi dan para pengusaha beras. "Fokus prioritas di daerah-daerah yang masih ada panen atau produksi yang harganya relatif terjangkau. Kami dari Badan Pangan, Kementan, Bulog bersinergi. Misal Mentan menyampaikan penggilingan-penggilingan mana yang memiliki ketersediaan stock, dengan harga yang relatif terjangkau atau daerah mana masih panen dan lain sebagainya," jelasnya. Dengan upaya tersebut diharapkan stok pemerintah yang ada di Bulog bisa bertambah bertambah sekitar 1 juta ton atau 1,2 juta ton. Maino menegaskan meski ada kecenderungan kenaikan harga beras dalam satu hingga dua bulan terakhir. Namun dari sisi ketersediaan beras nasional mencukupi.
Baca Juga: Kata Ekonom Celios Soal Menipisnya Stok Beras "Harga beras itu bergerak naik tapi bukan berarti pasokan nggak ada, atau ketersediaannya kurang. Ini tidak begitu. Justru rilis BPS terakhir di bulan Oktober estimasi produksi beras nasional tahun 2022 ini mengalami peningkatan dibanding 2021," ungkap Maino.
Bahkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) per Oktober lalu produksi beras nasional tahun ini naik dibandingkan tahun lalu. Harga beras yang kini naik disebabkan oleh kenaikan biaya produksi. Mulai dari kenaikan BBM, kenaikan saran produksi pertanian (saprotan) dan sebagainya. Adapun mengenai mungkinkah pemerintah akan menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) beras/gabah ke depan, Maino mengatakan masih dalam
review. Pun demikian dengan wacana impor. Maino menegaskan bahwa pemerintah akan mengutamakan pengadaan dari dalam negeri. Impor hanya menjadi pilihan terakhir. Saat ini pemerintah bersama Bulog dan stakeholder lain tengah memaksimalkan penyerapan dengan skema komersial. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto