Skenario baru penyelesaian krisis Uni Eropa



BRUSSELS. Krisis yang menimpa negara-negara pengguna mata uang euro atau zona euro akan mendominasi pembicaraan dalam KTT Uni Eropa yang dimulai Senin (30/1). Berbagai skenario baru bergulir melalui pertemuan maha penting di awal tahun 2012.

Di antaranya pertama, dalam pertemuan puncak hari ini, para pemimpin Uni Eropa diharapkan menandatangani dana penyelamatan permanen untuk zona euro. Pertemuan Davos akan menekankan cara penanggulangan krisis, upaya mendorong pertumbuhan dan pengelolaan anggaran yang lebih cerdas.

KTT akan mengarahkan penggunaan dana sebesar 20 miliar euro atau setara dengan US$ 26,4 miliar milik uni Eropa yang tidak terpakai sejak 2007-2013 ditujukan ke penciptaan lapangan kerja, terutama bagi kalangan kaum muda. Dana ini juga ditujukan untuk membebaskan pinjaman bank khususnya bagi usaha kecil dan perusahaan menengah.


Saat ini terdapat 23 juta pengangguran di seluruh Uni Eropa dan muncul ketakutan pemotongan anggaran secara meluas akan membahayakan perekonomian kawasan.

Kedua, selain itu diskusi bakal menegaskan perjanjian fiskal baru di mana tiap anggota Uni Eropa yang berjumlah 17 negara ini akan lebih ketat. 17 negara tersebut wajib melakukan pertemuan rutin dalam dua tahun sekali.

Ketiga, Yunani juga akan menjadi sorotan di pertemuan ini. Sebelumnya, para investor swasta diminta menerima 50% kerugian atas surat utang Yunani melalui pertukaran surat utang yang sangat rumit.

Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan utama yaitu memotong utang Yunani hingga 120% dari GDP pada 2020.

Negosiasi antara pemerintah dan pemegang obligasi dari sektor swasta atas restrukturisasi 200 miliar euro utang Yunani dianggap telah menghasilkan kemajuan selama akhir pekan lalu. Namun kesimpulan ini tidak sahih sebelum pertemuan resmi di buka pukul 09:00 waktu setempat.

Sampai ada kesepakatan antara Yunani dan pemegang obligasi swasta, para pemimpin Uni Eropa tak bisa berbuat apa-apa. Program penyelamatan senilai 130 miliar euro untuk Athena, yang semula disetujui pada KTT Oktober lalu terpaksa berstatus idle.

Keempat, melalui pertemuan ini pejabat Uni Eropa akan menandatangani sebuah perjanjian yang bernama European Stability Mechanism (ESM). Melalui ESM, dana talangan permanen sebesar 500 miliar euro yang diharapkan mulai dialirkan pada bulan Juli.

Ide penggabungan ESM dan EFSF

Rencananya, ESM akan menggantikan European Financial Stability Facility (EFSF) yang telah dibentuk tahun lalu. Beberapa pejabat seperti PM Italia Mario Monti, Ketua International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde dan Menteri Keuangan AS, Timothy Geithner berpendapat, kekuatan ESM akan berkali lipat jika disatukan dengan EFSF.

"Jika keduanya digabung, hal itu bisa menjadi isyarat keinginan kuat Eropa untuk menyelesaikan masalah utang, firewall Uni Eropa bertambah," ujar Lagarde. Walaupun ide ini didukung Prancis, namun Kanselir Jerman Angela Merkel menolak seruan tersebut dan tetap menginginkan ESM menggantikan posisi EFSF seperti rencana semula.

Merkel menegaskan, tidak akan membahas ESM dan EFSF hingga para pemimpin Uni Eropa kembali bertemu Maret mendatang. Meskipun, pasar keuangan terus dilanda kekhawatiran bahwa kemungkinan tidak ada dana penyelamatan yang memadai untuk membantu Italia dan Spanyol.

"Tentu saja penolakan Merkel merupakan sinyal bahwa ada pertimbangan tentang usulan tersebut. Namun akan diarahkan pada pertemuan Maret mendatang dari sisi Jerman," bisik seorang pejabat senior di zona euro. Penilaian publik pun mencuat. Mereka menilai Jerman mulai kelelahan menghadapi krisis zona euro dan hal itu dianggap tidak bijaksana.

Setelah hampir tiga tahun krisis terjadi, beberapa ekonom yakin bahwa kombinasi dari aturan anggaran yang ketat, dana talangan yang lebih besar dan komitmen reformasi struktural yang lebih besar bisa meningkatkan produktivitas Uni Eropa dan menyelamatkan kawasan ini dari hantaman badai krisis.

"Kebijakan fiskal yang kompak di setiap negara dipadu dengan ESM akan menciptakan situasi yang lebih kondusif," prediksi Carsten Brzeski, seorang ekonom zona euro.

Editor: