Skenario dan prediksi Kemendag saat gejala krisis global melanda



JAKARTA. Kementerian Perdagangan memprediksi skenario realistis bakal terjadi pada transaksi perdagangan Indonesia sebagai imbas dari krisis ekonomi global. Menteri Perdagangan, Marie Elka Pangestu mengingatkan tentang tiga skenario dampak krisis ekonomi global terhadap Indonesia.

Skenario pertama yaitu pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan lebih realistis, skenario kedua yaitu memungkinkan, dan skenario ketiga adalah pesimistis atau tidak ada pertumbuhan. Tiga skenario itu masing-masing akan memberikan pengaruh terhadap kondisi perdagangan (terms of trade/TOT), rasio investasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dan rekan perdagangan utama (major trading partner/MTP) pada PDB. Skenario pertama mengasumsikan perlambatan terhadap pertumbuhan. Namun Marie berpendapat, Indonesia masih berada di skenario pertama, yaitu masih bisa tumbuh sekitar 5% sekalipun gejala ekonomi global melanda. Ini akan membuat rasio investasi terhadap PDB meningkat dari 23,9% pada 2010 menjadi 24,5% pada 2011, dan diperkirakan meningkat menjadi 25,5% pada 2012. Penurunan justru terjadi pada persentase MTP yang menurun dari 6,8% pada 2010 menjadi 3,7% pada 2011 dan diperkirakan meningkat tipis 4,5% pada 2012. Sementara untuk TOT bakal turun menjadi 5,0% pada 2011 dari sebelumnya sebesar 5,3% pada 2010. Skenario pertama itu diperkirakan bakal membuat persentase TOT menjadi 0,0% pada 2012. "Skenario pertama ini realistis. Kemungkinan berdampak pada perlambatan pertumbuhan saja," ujarnya Marie dalam jumpa pers, Senin (26/9).

Optimisme skenario pertama itu, jelasnya, karena Indonesia tidak terkena imbas krisis finansial Uni Eropa dan Amerika Serikat secara langsung layaknya negara pengekspor lain yang terkena dampak langsung seperti Korea. Negara itu mengalami eksposure yang jauh lebih besar ketimbang Indonesia karena ketergantungan transaksi perdagangan terhadap kedua kawasan itu yang begitu besar. Untuk menjaga agar Indonesia tetap berada pada jalur skenario pertama maka Kementerian Perdagangan mengupayakan agar kinerja ekspor tetap tumbuh pada kisaran 36,5% seperti layaknya realisasi semester I 2011. Selain itu, dia mengingatkan, agar posisi kinerja ekspor nonmigas tetap berada pada rentang 32,4%. "Memang akan melambat di beberapa bulan terakhir, tapi cukup terbantu dengan pertumbuhan positif beberapa komoditi seperti batu bara dan kakao," paparnya. Hal tersebut terbukti dari pertumbuhan ekspor Indonesia menuju China, Amerika Serikat, dan JepangRrt, as, msh positif pertumbuihanny yang masih pada level positif. Bahkan, ekspor Indonesia menuju Spanyol dan Belanda tumbuh dua digit. Jadi, meski ada penurunan permintaan, transaksi perdagangan Indonesia masih tetap tumbuh karena ada niat dari industri dalam negeri untuk mempertahankan pasar ekspor. Untuk diketahui, skenario pertama itu merupakan perkiraan imbas krisis yang paling ringan. Skenario kedua merupakan gabungan skenario pertama ditambah adanya potensi penurunan harga komoditas. Efek nyata dari skenario kedua itu terlihat pada penurunan TOT yang turun drastis dari 5,3% pada 2010 menjadi 0,0% pada 2011 dan berlanjut hingga -10,0% pada 2012. "Skenario ini tidak hanya membuat perlambatan pertumbuhan, tapi berdampak pada komoditas seperti minyak dan batu bara. Hal ini akan menurunkan nilai ekspor kita," jelasnya. Skenario ketiga diasumsikan merupakan gabungan dari kondisi anjloknya pasar finansial dan harga komoditas. Efek terburuk bakal terlihat dari MTP GDP yang turun dari 6,8% pada 2010 menjadi 3,3% pada 2011 dan diperkirakan turun lagi hingga 0,0% pada 2012. Selain itu, dampak skenario ketiga itu bakal tergambar pada penurunan TOT yang melorot dari 5,3% pada 2010 menjadi 0,0% pada 2011 dan diperkirakan turun drastis hingga -20,0% pada 2012. "Skenario sangat pesimistis ini berdampak menjadi krisis finansial dan merembet ke negara lain. Kondisi ini juga berpengaruh terhadap harga komoditi," katanya. Menurutnya, penurunan pertumbuhan bakal tetap terjadi, tapi tidak dalam skenario terburuk sehingga diperkirakan pertumbuhan Indonesia masih akan tetap berada pada level 5%. Untuk mengimbangi potensi penurunan ekspor, pemerintah bisa mendorong investasi di sektor infrastruktur. Sehingga pertumbuhan dalam negeri masih dapat dipertahankan. "Saya melihatnya lebih ke arah skenario satu dan sedikit ke skenario dua," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test