KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengungkapkan berdasarkan hasil studi mengenai fasilitas penangkapan, penyimpanan, dan pemanfaatan karbon (
carbon, capture, utilisation, and storage/CCUS) yang akan dilaksanakan di Abadi Masela, membutuhkan investasi hingga US$ 1,3 miliar. Menurut perhitungan Kontan dengan asumsi kurs dolar di Rp 14.900 maka investasi yang harus digelontorkan hingga Rp 19,38 triliun. Dwi mengakui selain masih dalam proses pencarian mitra baru Inpex di Masela, Dwi mengatakan Inpex akan merampungkan persetujuan dokumen analisis dampak lingkungan (AMDAL) dan pembebasan lahan non-hutan.
Baca Juga: Ada Kabar Investor Asing Mau Keluar Lagi dari Indonesia, Begini Kata Komisi VII DPR Selain itu, Abadi Masela juga akan memasukkan fasilitas penangkapan, penyimpanan, dan pemanfaatan karbon (
carbon, capture, utilisation, and storage/CCUS). “Berdasarkan hasil studi, investasi CCUS di Masela diperkirakan bisa mencapai US$ 1,2 miliar hingga US$ 1,3 miliar,” jelasnya saat ditemui Kontan.co.id di Kementerian ESDM, Senin (22/8). Terkait dengan mitra Inpex Corporation dalam proyek Abadi Masela, SKK Migas mengupayakannya Inpex mendapat mitra pada akhir tahun ini. Dwi mengakui bahwa PT Pertamina tertarik untuk ikut karena memang pemerintah berharap perusahaan migas pelat merah tersebut bisa ikut. “Pertamina sedang mempelajari
open data wilayah kerja itu dan bisa masuk berapa persen jadi masuk apa
engga, berapa persen masuknya,” ujarnya. Namun sayang, Dwi belum bisa memberikan gambaran berapa persen saham yang akan dikempit Pertamina dalam proyek Masela. Dwi bilang, posisi keuangan Pertamina dibatasi antara debt per EBITDA yang biasanya terkait dengan pinjaman-pinjaman yang sudah ada, seperti obligasi, pinjaman bank, dan lainnya. Asal tahu saja, sebelumnya Presiden Joko Widodo telah memberikan arahan agar pengembangan Blok Masela bisa segera dikejar. Adapun Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia juga sempat memberikan keterangan bahwa ada kemungkinan formulasi yang akan dilakukan jika Amerika tidak jadi masuk ialah digantikan oleh pengusaha nasional baik itu melalui INA atau BUMN.
Baca Juga: Pengganti Chevron di Proyek IDD Ditargetkan Diumumkan di Akhir Tahun 2022 Menanggapi hal ini, Dwi mengatakan, Manajemen Pertamina mencari solusi dan tindak lanjut dari arahan pemerintah. Namun tidak bisa serta-merta langsung mengambil karena juga melihat kemampuan keuangannya seperti apa. Kalau tidak bisa langsung mengambil seluruh bagiannya Shell atau berapa persen, barang tentu harus mencari partner yang lain jikalau memang tidak bisa diambil oleh satu pihak. “Mungkin kalau yang lalu konsorsiumnya itu Abadi Masela melibatkan dua perusahaan yakni Inpex sama Shell mungkin ke depannya ini lebih dari itu. Bisa 3 bisa 4. Tentu willingness Inpex, bagaimana dia bermitra dengan seseorang yang tidak cocok?,” jelasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .