SKK Migas diminta buka-bukaan soal perencanaan produksi 1 juta barel per hari



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana besar pemerintah melalui penetapan target produksi 1 juta barel per hari (bph) pada 2030 mendatang mendapatkan kritik sejumlah kalangan mengenai data dan perencanaan yang digunakan.

Anggota Komisi VII DPR RI Kardaya Warnika menuturkan perencanaan yang digunakan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terkesan tidak logis.

Ia mencontohkan, peningkatan produksi diupayakan melalui skema Enchanced Oil Recovery (EOR). Sementara dalam praktiknya, pelaksanaan EOR di Minas saat ini menemui kendala harga minyak yang membuat proyek tidak ekonomis.


"Minas kalau harga minyak di bawah US$ 70 itu tidak ekonomis, belum ada formula sulfaktan yang akan diinjeksikan tiba-tiba bikin program tahun depan mulai POD. Apa yang diinjeksi kalau formula belum ada," ujar Kardaya dalam diskusi virtual, Senin (8/2).

Baca Juga: BPH Migas belum ambil keputusan final proyek pipa Cirebon-Semarang

Kardaya menambahkan langkah mendorong produksi sebaiknya juga dilakukan melalui eksplorasi, sayangnya proses eksplorasi biasanya memakan waktu di atas 10 tahun. "Ini seperti mimpi, kalau menurut saya perlu dikaji kembali. Mudah-mudahan bisa tercapai tapi berikanlah proram yang justified, bikin perencanaan yang masuk akal secara teknikal," jelas Kardaya.

Senada,  Pengamat dan Praktisi Migas Widyawan Prawira Atmaja mengungkapkan diperlukan eksplorasi demi mendongkrak produksi. "Kalau kita bisa nemu 2 sampai 3 yang kayak Blok Cepu, itu bisa tercapai," ujar Widyawan.

Menurutnya, SKK Migas perlu memaparkan secara rinci perencanaan yang digunakan untuk mencapai target 1 juta bph. Widyawan menilai dengan pemaparan data yang rinci maka setiap stakeholder dapat melihat potensi yang bisa dicapai serta langkah antisipasi yang mungkin dilakukan demi merealisasikan target.

Selanjutnya: BPH Migas belum ambil keputusan final proyek pipa Cirebon-Semarang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .