SKK Migas kejar target dalam kubangan kasus suap



Jakarta. Tiga belas hari sebelum ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kepala Satuan Kerja Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini masih mengumbar kabar gembira. Lembaga yang dia pimpin berhasil melampaui target setoran penerimaan negara pada separuh pertama tahun ini. Target penerimaan negara hanya sebesar US$ 18,4 miliar, tapi SKK Migas bisa menyetor US$ 18,7 miliar.Hasil ini sejalan dengan volume produksi minyak mentah siap jual (lifting) minyak yang juga menggembirakan, rata-rata 831.118 barel per hari. Angka ini setara 99% dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013, yakni rata-rata 840.000 barel minyak per hari.Meski belum memenuhi target, pencapaian lifting minyak hingga 99% dari target itu belum pernah terjadi dalam kurun tiga tahun terakhir. “Keberhasilan capaian produksi minyak dan penerimaan negara tersebut merupakan hasil kerja keras semua pihak,” kata Rudi, 31 Agustus 2013 lalu.Rudi mengapresiasi tujuh kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) yang berhasil melampaui target APBN-P 2013. Dengan perincian: ConocoPhillips Indonesia Ltd memproduksi minyak rata-rata 34.867 barel per hari, jauh di atas target 32.890 barel per hari. Vico Indonesia menyedot 13.740 barel minyak per hari, dengan target 13.010 barel per hari, dan Medco E&P Indonesia (S&C Sumatra) menghasilkan minyak 6.841 barel per hari, dengan target 6.630 barel per hari. PHE ONWJ memproduksi minyak 38.996 barel per hari, dengan target 38.080 barel per hari. Chevron Pacific Indonesia memproduksi 323.014 barel per hari dengan target 319.430 barel per hari.Kemudian, Medco E&P Indonesia (Rimau) memproduksi minyak 14.086 barel per hari, dengan target 14.060 barel per hari. Dan, ConocoPhillips (Grissik) Ltd memproduksi minyak 9.435 barel per hari bertarget 9.430 barel per hari.Cuma sebetulnya, Rudi tidak boleh keburu berbangga hati dulu. Sebab, target lifting tahun-tahun sebelumnya lebih tinggi ketimbang tahun ini. Dan, hasil lifting-nya juga di atas tahun ini, walau tak mencapai target. Tengok saja tahun lalu, pencapaian lifting minyak kita mencapai 870.000 barel per hari, target tahun ini cuma 840.000 barel per hari.Toh, berangkat dari torehan di semester satu tersebut, Gde Pradnyana, Sekretaris SKK Migas, optimistis lembaganya bisa mengejar target penerimaan negara tahun ini US$ 33,4 miliar. “Bisnis migas tetap berjalan dan tidak boleh terganggu dengan adanya kasus yang menimpa Rudi,” ujar Gde.SKK Migas juga tetap menggelar tender. Yang terbaru, lelang kondensat Senipah pada 19 Agustus 2013 dengan Trafigura keluar sebagai pemenang. “Penetapan ini berdasarkan pada premium tertinggi yang ditawarkan, yaitu US$ 2,3 di atas harga minyak (ICP) kondensat Senipah,” ungkap Agus Budiyanto, Kepala Komunikasi dan Protokoler SKK Migas. Tender tersebut untuk penjualan periode September hingga Oktober 2013 dengan volume 400.000–500.000 barel.Ragu dengan capaianSikap optimistis SKK Migas mendapat dukungan dari KKKS. Kristanto Hartadi, Head of Media Relations Department Total E&P Indonesie, yakin perusahaan tetap bisa memproduksi 1.700 mmscfd gas serta 69.000 barel minyak dan kondensat. Meski enggan menyebutkan besaran produksi, Yanto Sianipar, juru bicara Chevron Pacific Indonesia, juga tak kalah optimistis. “Kami tetap akan bekerja sesuai dengan program yang sudah disetujui oleh SKK Migas,” imbuh Yanto.Segendang sepenarian, Agus Amperianto, juru bicara Pertamina EP, bilang, perusahaannya fokus mengejar target 2013 dan merancang target 2014. Tahun ini, Pertamina menargetkan lifting minyak 132.000 barel per hari dan gas 1.160 mmscfd. Produksi minyak tersebut setara dengan 20% dari total produksi nasional. Sementara tahun depan, perusahaan energi pelat merah ini memperkirakan ada kenaikan produksi minyak sebesar 20% dari tahun ini.ExxonMobil Indonesia juga siap merancang target tahun depan. Vice President Public and Government Affair Exxon Erwin Maryoto mengatakan, Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu siap beroperasi dan diperkirakan bisa memproduksi 24.000 barel minyak per hari. Dengan begitu, akan melengkapi portofolio Exxon di Blok Arun yang sudah memproduksi 3.000 barel per hari.Namun, kalangan di luar pelaku bisnis migas ada yang skeptis soal kebenaran pencatatan produksi migas ini. “Siapa yang menjamin bahwa yang diproduksi sama dengan yang disebutkan?” tanya Firdaus Ilyas, Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran Indonesia Corruption Watch.Dalam nafas yang sama, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Herman Darnel Ibrahim pun menilai, mestinya ada auditor independen yang bisa mengawasi pencatatan produksi. Tujuan audit tersebut untuk meminimalisasi penggelapan produksi.Tumiran, anggota DEN yang lain, juga tak kurang menyayangkan soal produksi migas yang masih menjadi ranah abu-abu. “Mungkin baik jika pemerintah mengaplikasikan online monitoring untuk memantau produksi minyak tiap-tiap kontraktor, jadi publik bisa ikut mengawasi,” saran dia.***Sumber : KONTAN MINGGUAN 47 - XVII, 2013 Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Imanuel Alexander