SKK Migas nilai perbaikan defisit neraca migas bukan perkara mudah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menilai perbaikan defisit neraca migas bukan perkara mudah.

Sebagai informasi, nilai impor migas Indonesia per September sebanyak US$ 15,86 miliar. Di sisi lain, ekspor migas hanya mencapai US$ 9,42 miliar. Alhasil, neraca migas Indonesia masih defisit US$ 6,44 miliar.

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman menilai, dari sisi minyak bumi Indonesia sudah pasti masih menjadi importir. Sebab, jumlah produksi minyak Indonesia masih kurang dari separuh konsumsi di dalam negeri.


Baca Juga: Diangkat jadi wamenlu, Jokowi berikan tiga tugas ini untuk Mahendra Siregar

Sementara terkait gas, pemerintah memiliki kebijakan untuk lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan di dalam negeri. Hal ini terbukti lantaran kurang lebih 60 persen produksi gas di Indonesia diserap untuk pasar domestik.

Kondisi ini tentu tidak membantu banyak untuk mengurangi angka defisit neraca migas. "Kecuali gasnya mau diekspor. Tapi ini bertentangan dengan kepentingan ketahanan energi nasional dan pemanfaatan energi yang berkeadilan," ujar Fatar, hari ini.

Ia menambahkan, turunnya defisit neraca migas dalam beberapa kuartal terakhir lebih dikarenakan dimanfaatkannya minyak mentah hasil produksi hulu migas Indonesia ke Pertamina.

Baca Juga: Peningkatan produksi dan cadangan minyak perlu dilakukan agar defisit migas berkurang

Sebelumnya, hampir 20% hasil produksi minyak mentah Indonesia diekspor, sehingga diperlukan impor sebagai pengganti.

"Tentunya harga minyak mentah impor sedikit lebih mahal dari harga minyak mentah dalam negeri karena dipengaruhi oleh biaya angkut," imbuh Fatar.

Ia melanjutkan, SKK Migas masih terus berusaha mencari cadangan-cadangan baru sekaligus memproduksi lebih banyak lagi migas. SKK Migas juga memprioritaskan LPG dari lapangan gas yang mengandung C3 dan C4.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto