KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Tugas Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dalam agenda Rapat Dengar Pendapat bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Kamis (20/6) menyetujui usulan
lifting migas tahun 2020 sebesar 734 ribu
barel oil per day (bopd). Angka ini turun sekitar 2,72% dari
outlook 2019 sebesar 754 ribu bopd. Sementara itu target
lifting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 775 ribu bopd. Hal ini diungkapkan oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto yang ditemui di sela-sela agenda RDP. Dwi bilang usulan ini berkaca dari kondisi terkini di sejumlah lapangan migas. "Kondisi di lapangan terus menunjukkan
decline," sebut Dwi.
Bahkan lebih jauh Dwi mengungkapkan
outlook 2019 sejatinya mengalami penurunan dibanding tahun 2018. "tahun 2018 sebesar 778 ribu bopd atau turun sekitar 3%," ungkap Dwi. Dwi kemudian mengungkapkan kondisi terkini dari sejumlah lapangan minyak tanah air. Blok Cepu yang dioperatori oleh ExxonMobil sejatinya terus menunjukkan tren peningkatan. Dalam
outlook 2019 produksi Blok Cepu berada pada angka 221 ribu bopd. Namun pada 2020 mendatang angka tersebut turun menjadi 216 ribu bopd. "Kita mengantisipasi kandungan air yang lebih tinggi," jelas Dwi . Contoh lainnya adalah Blok Rokan yang kini dioperatori oleh PT Chevron Pacific Indonesia. Target
lifting APBN 2019 yang dipatok SKK Migas sebesar 190 ribu bopd. Berdasarkan data SKK Migas per April lalu realisasi
lifting Blok Rokan telah melampaui target. Namun, Dwi menilai angka tersebut (target lifting) terus menurun sejak 2017. "Apalagi jelang masa transisi, sehingga kita coba antisipasi risiko yang bisa timbul," ujar Dwi. Sekedar informasi, pada 2021 mendatang pengelolaan Blok Rokan akan berpindah ke tangan PT Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Rokan. Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Syamsu yang ditemui di kesempatan yang sama bilang Pertamina berfokus pada proses penggantian pipa di Blok Rokan. Dharmawan menyebut, proses
Front End Engineering Design (FEED) sedang berlangsung. "Sedang berlangsung (FEED) antara konsorsium Pertagas dan PGN, diharapkan rampung pertengahan 2021," ujar Dharmawan.
Sementara itu, Dwi menambahkan,
lifting minyak Pertamina EP pada APBN 2019 yang dipatok sebesar 85 ribu bopd terus menunjukkan tren peningkatan. Senada, Dharmawan optimistis
lifting Pertamina EP dapat terus menoreh hasil positif. "PEP punya keinginan untuk masuk ke area yang memiliki risiko tinggi namun juga punya
high reward di dalamnya," jelas Dharmawan. Ia menilai program dan rencana seperti itu merupakan sesuatu yang penting bagi pertumbuhan PEP. Sekalipun telah beroperasi hampir 70 tahun, investasi yang terus dilakukan membuat PEP masih dapat bertahan. Sementara itu, Blok Mahakam melalui operator Pertamina Hulu Mahakam masih belum memenuhi ekspektasi SKK Migas. Dwi menilai tren penurunan yang terjadi akibat kurang optimalnya kegiatan pengeboran di Blok tersebut. "Banyak pengeboran tapi belum memberikan dampak yang kita harapkan," tutup Dwi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi