SLJ Global (SULI): Penjaminan kredit modal bisa membantu cash flow



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus mengucurkan stimulus guna menyelamatkan dunia usaha dari dampak pandemi Corona (Covid-19). Salah satunya adalah penjaminan kredit modal kerja (KMK) untuk korporasi padat karya yang realisasinya ditargetkan mencapai Rp 100 triliun sampai akhir tahun 2021.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ada sejumlah sektor yang menjadi prioritas dalam program penjaminan KMK ini, yaitu sektor pariwisata, otomotif, tekstil dan produk tekstil (TPT)  dan alas kaki, elektronik, kayu olahan, furnitur, produk kertas, serta sektor usaha lain yang memenuhi kriteria terdampak Covid-19.

PT SLJ Global Tbk (SULI) sebagai emiten yang bergerak di bidang pengolahan kayu menanggapi positif beleid ini. David, Wakil Presiden Direktur SLJ Global mengatakan pihaknya berminat dan tertarik untuk mengambil KMK ini.

Baca Juga: SLJ Global (SULI) akui ekspor kayunya ke Eropa kecil, ini kendalanya

“Tentunya kami tertarik dengan KMK ini, karena dapat berdampak pada cash flow kami,” ujar David saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (3/8). Hanya saja, saat ini SULI masih mempelajari terkait mekanisme dan persyaratan agar bisa mendapatkan stimulus KMK ini.

Terlebih, David mengaku selama pandemi SULI cukup sulit untuk memperoleh pinjaman dari perbankan. Sebab, perbankan semakin selektif dalam menilai kelayakan pinjaman  suatu perusahaan.

Ditambah, kinerja SULI pada kuartal pertama 2020 masih mengalami tekanan. SULI masih membukukan kerugian tahun  berjalan senilai 31,95 miliar. Namun, kerugian ini membaik dari posisi tahun lalu yang mencapai Rp 42,19 miliar.

Jika nantinya SULI bisa mendapat penjaminan kredit modal kerja (KMK), maka akan digunakan untuk membiayai operasional perusahaan.

Baca Juga: SULI memadukan volume dan margin

David memastikan operasional produksi SULI saat ini sudah berjalan normal, tingkat penjualan pun mulai pulih. Hanya saja, harga produk kayu olahan di pasaran masih relatif rendah sehingga berdampak pada cash flow perusahaan.  Per 31 Maret 2020, SULI mencatatkan defisiensi modal (ekuitas negatif) senilai Rp 486,14 miliar

Ke depan, SULI akan berfokus pada efisiensi dan meminimalkan biaya guna maksimalkan margin produk. SULI juga meningkatkan kualitas produk  dan segmen pasar yang lebih baik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto