Smartfren menggelar tender jaringan 2,3 GHz



JAKARTA. PT Smartfren Telecom Tbk sedang membutuhkan dana besar sampai Rp 10 triliun. Dana sebesar itu untuk memindahkan jaringan dari frekuensi 1,9 Giga Hertz (GHz) ke frekuensi 2,3 GHz.

Saat ini Smartfren tengah menggelar tender pembangunan infrastruktur migrasi jaringan itu. "Untuk itu kami sedang mengevaluasi dan buka tender bagi para vendor yang kelak akan membangun infrastruktur di frekuensi 2,3 GHz ," kata Merza Fachys, Direktur Jaringan Smartfren Telecom, Senin (25/8).

Nantinya, vendor terpilih tersebut akan membangun semua infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengalihkan  semua jaringan frekuensi 1,9 GHZ ke 2,3 GHZ. Mulai dari pembangunan core network hingga end to end.


Perusahaan berkode FREN di Bursa Efek Indonesia tersebut mengakui ada lima vendor yang mengajukan proposal. Namun, perusahaan ini tak mau menyebutkan nama vendor yang dimaksud.

Yang pasti, selain tengah mengevaluasi kelima vendor, Smartfren juga sedang bernegosiasi soal harga proyek. Perusahaan itu juga merencanakan pembangunan infrastruktur sudah mulai dilakukan tahun ini. "Kami harus secepatnya melaksanakan ini karena menurut aturan pemerintah tahun 2016 harus pindah (ke 2,3 GHz)," terang Merza.

Sekadar mengingatkan, pemerintah mewajibkan pengalihan jaringan frekuensi dari 1,9 GHz ke 2,3 GHz paling lambat hingga Desember 2016. Keputusan pemerintah tersebut mewujud dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tahun 2014 tentang Peraturan Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz untuk Keperluan Penyelenggaraan Telekomunikasi Bergerak Seluler dan Realokasi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,9 GHz yang Menerapkan Personal Communication System 1900 ke Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz.

Selain kebutuhan dana Rp 10 triliun, Smartfren juga butuh dana Rp 3 triliun–Rp 5 triliun. Dana itu untuk kebutuhan membayar Biaya Hak Penggunaan Frekuensi (BHP) sepanjang 30 Mega Hertz (Mhz) di 2,3 GHz selama 10 tahun. 

Dus, belanja modal Smartfren pada semester II akan melonjak. Smartfren memiliki dua alternatif pendanaan, yakni menerbitkan obligasi wajib konversi atawa meminjam perbankan.

Lantas, atas rencana pengalihan jaringan frekuensi ini, Smartfren meyakini bisnisnya tak akan terganggu. Manajemen perusahaan ini bakal menerapkan dua strategi.

Pertama, tetap membangun stasiun pemancar atau base transceiver station (BTS) untuk memperkuat jaringan. Dalam jangka waktu dua tahun pengalihan secara perlahan jaringan frekuensi dari  1,9 Ghz ke 2,3 Ghz, Smartfren akan sekaligus mengoptimalkan jaringan 850 MHz.

Kedua, melansir produk triple band yang bisa dipakai di jaringan 850 MHz, 1,9 GHz dan 2,3 GHz. "Sementara saat ini ponsel kami itu dual band 850 Mhz dan 1,9 GHz. Jadi migrasi jaringan tak akan menjadi kendala karena kalau 1,9 GHz gak bisa, bisa lewat 850 MHz," beber Deputi Chief Executive Officer Smartfren Telecom Djoko Tata Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina