Smartfren raih pinjaman dari First Anglo



JAKARTA. PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) mencoba efisiensi beban keuangan dengan jalan melunasi utang lama dengan pinjaman baru. Aksi yang biasa disebut refinancing itu dapat dilakukan oleh FREN. Pasalnya, FREN telah meraih pinjaman baru senilai US$ 90 juta dari First Anglo Financial Pte Ltd.

Pinjaman tersebut diperoleh pada 12 November 2013. Ini merupakan kedua kalinya FREN meraih pinjaman dari First Anglo di tahun ini. Pada 30 April 2013, FREN juga mengantongi kredit dengan nilai yang sama dari First Anglo.

Tenor pinjaman tersebut maksimal selama 24 bulan. "Perseroan akan menggunakan fasilitas pinjaman untuk pembayaran utang dan tambahan modal kerja," tulis keterbukaan informasi yang ditandatangani James Wewengkang, Sekretaris Perusahaan FREN, Rabu (13/11).


Ketika dihubungi KONTAN, James enggan menjelaskan lebih lanjut utang mana saja yang akan dilunasi menggunakan dana pinjaman dari First Anglo. "Lain kali saja saya menjelaskan itu," elak dia.

Emiten telekomunikasi milik Grup Sinarmas ini memang mengantongi utang yang sangat besar. Per 30 september 2013, pinjaman jangka panjang FREN mencapai Rp 4,02 triliun. Ini merupakan kontribusi dari berbagai utang yang diperoleh FREN guna menopang kegiatan operasionalnya yang berdarah-darah dalam beberapa tahun terakhir.

FREN, misalnya, menanggung utang senilai Rp 4,71 triliun dari China Development Bank Corporation (CCB). Pinjaman tersebut diperoleh secara bertahap oleh anak usaha FREN, PT Smart Telecom (Smartel).

Pinjaman senilai Rp 684,86 miliar dari total utang pada CDB bakal jatuh tempo dalam satu tahun ke depan. FREN juga memiliki utang obligasi baik dalam uang rupiah maupun dollar Amerika Serikat (AS). Hingga akhir kuartal III 2013, saldo utang obligasi rupiah FREN mencapai Rp 700,87 miliar.

Sementara tanggungan saldo obligasi dollar mencapai Rp 411,12 miliar. Tingginya tanggungan utang menjadi salah satu faktor yang menggerus kinerja keuangan FREN. Akibatnya, rugi tahun berjalan FREN membengkak 52,24% year-on-year (yoy) menjadi Rp 1,54 triliun pada kuartal III tahun ini.

Kondisi tersebut disayangkan mengingat pendapatan FREN sebenarnya masih tumbuh 57,95% yoy menjadi Rp 1,75 triliun. Namun, pendapatan tersebut tertekan tingginya beban usaha yang mencapai Rp 2,93 triliun di periode tersebut.

Apesnya, kenaikan beban usaha masih diikuti tanggungan beban bunga FREN yang mencapai Rp 287,33 miliar di akhir September 2013. Inilah yang kemudian membuat FREN mesti puas menanggung rugi yang sangat besar. Rabu (13/11), harga FREN turun 1,64% ke Rp 60.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana