JAKARTA. Untuk meringankan beban, PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) akan melakukan pembiayaan kembali atau refinancing utang. Jumlah yang akan direfinancing terbilang cukup besar yakni sekitar Rp 1,5 triliun. "Utang ini akan diperbarui. Masih dalam negosiasi," ucap Direktur Keuangan SMCB, Kent Carson, usai paparan publik, Selasa, (6/5). Rencananya, SMCB akan mengandalkan pinjaman perbankan untuk refinancing tersebut. Kent berharap, pihaknya bisa mencapai persetujuan pinjaman di sekitar bulan September atau Oktober. Pasalnya, ini untuk membiayai utang SMCB yang akan jatuh tempo di bulan November.
Utang tersebut akan dibayarkan kepada induknya Holderfin B.V. the Netherlands sebesar Rp 1,11 triliun. Kemudian, senilai Rp 324,72 miliar kepada The Bank of Mitsubishi UFJ, cabang Jakarta, Standard Chartered Bank Malaysia Berhad, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Citibank Berhad, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan Malayan Banking Berhad (Maybank). Pada kuartal pertama 2014, liabilitas SMCB tercatat Rp 6,53 triliun. Kemudian, ekuitasnya Rp 9,07 triliun. Debt to Equity Ratio (DER) atau rasio utang terhadap modalnya SMCB tampak masih aman di posisi 0,71 kali. Produsen semen ini pun akan menghadapi kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Direktur Utama SMCB Eamon Ginley mengatakan, TDL yang naik secara bertahap tersebut dapat membuat biaya operasionalnya meninggi sekitar 3% sampai 5% di tahun ini. Dengan beban yang harus ditanggung, SMCB akan meningkatkan harga jual semennya. Pada kuartal pertama 2014, laba SMCB tampak meroket 75,57% dari Rp 184,3 miliar ke posisi Rp 323,58 miliar. Kata Eamon, pelonjakan ini salah satunya disebabkan oleh kenaikan harga jual semen di tahun lalu.