JAKARTA. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) akan menambah utang sebesar Rp 2,5 triliun di Juni. Saat ini, SMCB tengah melakukan penjajakan dengan beberapa bank untuk skema bilateral atau sindikasi dari bank lokal dan asing. Untuk pinjaman tersebut, SMCB mengincar bunga dengan kisaran JIBOR + 2% sampai 4%. Kemudian, tenornya yakni antara 3 sampai 5 tahun. "Beberapa untuk refinancing (pembiayaan kembali). Sebagian besar untuk ekspansi modal dan modal kerja," sebut Chief Financial Officer SMCB, Kent Carson, Selasa, (19/5). Meski begitu, ia enggan menyebut berapa porsi untuk ekspansi modal dan modal kerja serta refinancing dari pinjaman itu. Tahun ini, SMCB menganggarkan capex US$ 150 juta. Angka tersebut lebih rendah sekitar 20% sampai 25% dibanding 2014. Kent menyadari bahwa capex SMCB dari tahun ke tahun terus menipis. Menurut dia, turunnya capex yersebut karena ekspansi pembangunan pabrik Tuban telah selesai. Kemudian, SMCB memiliki utang jatuh tempo sebesar Rp 2,16 triliun. Utang jangka pendeknya yakni Rp 854,64 miliar dan jangka panjang yang jatuh tempo setahun Rp 1,31 triliun. Kent menyebut, SMCB akan menurunkan porsi utangnya dalam mata uang asing. Tahun lalu, porsi utang dalam denominasi asing SMCB berporsi 70%. Lalu tahun ini, SMCB telah berhasil menurunkannya jadi 36% karena melakukan restrukturisasi di Oktober 2014. Tahun depan, SMCB menargetkan utang mata uang asingnya menjadi sekitar 19% sampai 20%. Pada kuartal pertama 2015, laba SMCB melorot 89,9% dari Rp 323,67 miliar ke posisi Rp 32,68 miliar. Sementara pendapatannya menipis 4,68% dari Rp 2,35 triliun menjadi Rp 2,24 triliun. Kent menyebut bahwa industri semen banyak mengalami tantangan. Pasalnya, pemerintah melakukan intervensi terhadap harga semen. Sedangkan struktur biaya terus meningkat karena Upah Minimum Regional (UMR), bahan bakar, hingga listrik yang naik. "Ini merupakan masa yang volatil bagi industri semen," ujarnya. Maka untuk mengerek kinerjanya, SMCB berusaha melakukan efisiensi. Direktur Utama SMCB Gary Schultz memiliki strategi untuk berefisiensi di semua aspek. Mulai dari energi yang berkontribusi 60% terhadap biaya, optimalisasi saluran konsumen, logistik, sampai organisasi. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
SMCB incar utang Rp 2,5 triliun
JAKARTA. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) akan menambah utang sebesar Rp 2,5 triliun di Juni. Saat ini, SMCB tengah melakukan penjajakan dengan beberapa bank untuk skema bilateral atau sindikasi dari bank lokal dan asing. Untuk pinjaman tersebut, SMCB mengincar bunga dengan kisaran JIBOR + 2% sampai 4%. Kemudian, tenornya yakni antara 3 sampai 5 tahun. "Beberapa untuk refinancing (pembiayaan kembali). Sebagian besar untuk ekspansi modal dan modal kerja," sebut Chief Financial Officer SMCB, Kent Carson, Selasa, (19/5). Meski begitu, ia enggan menyebut berapa porsi untuk ekspansi modal dan modal kerja serta refinancing dari pinjaman itu. Tahun ini, SMCB menganggarkan capex US$ 150 juta. Angka tersebut lebih rendah sekitar 20% sampai 25% dibanding 2014. Kent menyadari bahwa capex SMCB dari tahun ke tahun terus menipis. Menurut dia, turunnya capex yersebut karena ekspansi pembangunan pabrik Tuban telah selesai. Kemudian, SMCB memiliki utang jatuh tempo sebesar Rp 2,16 triliun. Utang jangka pendeknya yakni Rp 854,64 miliar dan jangka panjang yang jatuh tempo setahun Rp 1,31 triliun. Kent menyebut, SMCB akan menurunkan porsi utangnya dalam mata uang asing. Tahun lalu, porsi utang dalam denominasi asing SMCB berporsi 70%. Lalu tahun ini, SMCB telah berhasil menurunkannya jadi 36% karena melakukan restrukturisasi di Oktober 2014. Tahun depan, SMCB menargetkan utang mata uang asingnya menjadi sekitar 19% sampai 20%. Pada kuartal pertama 2015, laba SMCB melorot 89,9% dari Rp 323,67 miliar ke posisi Rp 32,68 miliar. Sementara pendapatannya menipis 4,68% dari Rp 2,35 triliun menjadi Rp 2,24 triliun. Kent menyebut bahwa industri semen banyak mengalami tantangan. Pasalnya, pemerintah melakukan intervensi terhadap harga semen. Sedangkan struktur biaya terus meningkat karena Upah Minimum Regional (UMR), bahan bakar, hingga listrik yang naik. "Ini merupakan masa yang volatil bagi industri semen," ujarnya. Maka untuk mengerek kinerjanya, SMCB berusaha melakukan efisiensi. Direktur Utama SMCB Gary Schultz memiliki strategi untuk berefisiensi di semua aspek. Mulai dari energi yang berkontribusi 60% terhadap biaya, optimalisasi saluran konsumen, logistik, sampai organisasi. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News