SMCB terangkat merger Holcim-Lafarge



JAKARTA. Holcim Ltd, induk usaha PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) yang berbasis di Swiss, resmi merger dengan Lafarge SA asal Prancis. Proses penggabungan usaha di tingkat global itu rampung pada 15 Juli lalu.

Andika Lukmana, Deputi Corporate Secretary SMCB, menyebutkan, Holcim dan Lafarge resmi meluncurkan LafargeHolcim dan bertekad menjadi perusahaan berkinerja terbaik di industri bahan bangunan global.

"Seluruh persyaratan merger telah dipenuhi mengikuti suksesnya public exchange offer dan penerbitan saham baru LafargeHolcim di Zurich dan Paris," ujar dia, dalam keterangan resmi pekan lalu.


Selanjutnya, dalam fase pertama integrasi ini, Grup Lafarge dan Holcim fokus pada lima hal. Pertama, mencapai target sinergi dengan penghematan € 1,4 miliar dalam tiga tahun ke depan. Kedua, memperketat alokasi modal dan mengurangi belanja modal secara keseluruhan.

Ketiga, transformasi komersial dengan menciptakan perubahan melalui inovasi produk dan solusi. Keempat, menciptakan sebuah grup dan budaya baru. Kelima, menempatkan kesehatan dan keselamatan di pusat organisasi. "Terkait penggabungan global, Holcim Indonesia saat ini mengkaji langkah integrasi dengan PT Lafarge Cement Indonesia," ujar Andika.

LafargeHolcim akan dikelola dengan model operasional baru. Ini untuk melayani pelanggan lokal dan memanfaatkan besarnya kemampuan grup di skala dunia. Setelah merger, LafargeHolcim tersebar di 90 negara dan fokus pada semen, aggregate dan beton. LafargeHolcim memiliki 115.000 karyawan di seluruh dunia, dengan penjualan bersih € 27 miliar di 2014.

LafargeHolcim melayani konsumen mulai dari individual hingga proyek besar. LafargeHolcim berkomitmen memberikan solusi berkelanjutan bagi bangunan dan infrastruktur yang lebih baik.

William Surya Wijaya, analis Asjaya Indosurya Securities, menilai, aksi merger ini bisa berefek positif bagi SMCB. "Ada dua raksasa semen yang bergabung," ujar dia.

Lafarge Cement Indonesia mengusung merek Semen Andalas dan salah satu produsen semen besar di Indonesia. Demikian pula SMCB melalui produk Holcim. Alhasil, market share bisa lebih besar. Di sisi lain, industri semen masih melambat. Ini menjadi tantangan bagi produsen semen.

William berharap, merger di tingkat global membuka peluang bagi potensi ekspor SMCB. Dia merekomendasikan buy SMCB dengan target Rp 2.000 per saham. Pada 15 Juli 2015, harga saham SMCB Rp 1.500 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie