Smelter Feronikel Bakal Beroperasi, Begini Prospek Aneka Tambang (ANTM)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) bakal mengoperasikan fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter feronikel (FeNi) berkapasitas 13.500 ton di Halmahera Timur (Haltim), Maluku Utara, pada akhir tahun 2022.

Maximilianus Nico Demus, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo mengatakan, dengan berjalannya proyek smelter di Halmahera Timur tersebut tentu memberikan kesempatan yang baik bagi ANTM untuk memompa kinerjanya. Apalagi terjalin kerjasama antara PLN dan ANTM, dimana keduanya tengah melakukan sinergi BUMN.

Pihak PLN sendiri siap untuk memasok kebutuhan listrik ANTM sebesar 75 MW selama 30 tahun ke depan. Apabila semuanya berjalan dengan baik, maka selanjutnya akan diberikan porsi yang lebih besar lagi hingga 111 MW untuk menjadi ketersediaan pasokan dan mengantisipasi pertumbuhan smelter ANTM di masa yang akan datang.


Dengan adanya jaminan listrik dari PLN, Nico bilang, tentu saja hal ini akan mendorong smelter feronikel ANTM dapat berjalan. "Dan yang terpenting adalah, kerja sama ini bukan hanya masalah persiapan listrik semata, tapi lebih kepada percepatan hilirisasi mineral khususnya dalam komoditas nikel dapat segera berjalan," ujar Nico kepada Kontan.co.id, Minggu (20/2).

Baca Juga: Smelter Feronikel Baru Antam (ANTM) di Halmahera Timur Bakal Dipasok Listrik dari PLN

Lebih lanjut, Nico melihat, ANTM masih memiliki prospek yang sangat menarik ke depannya, terlebih saat ini emas dan nikel juga sedang menggeliat yang didukung oleh stabilnya harga jual di pasar. Sejauh ini, izin usaha pertambangan (IUP) juga telah dipenuhi, sehingga kedepannya tidak ada yang harus dikhawatirkan.

Nico menambahkan, ANTM juga akan menyiapkan bahan baku yang dibutuhkan untuk disalurkan kepada perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam pemanfaatan nikel olahan. Menurut Nico, beberapa hal tersebut menjadi sentimen positif untuk ANTM.

Sebaliknya, sentimen negatif untuk ANTM masih datang dari volatilitas nilai tukar, pajak progressif atas nikel yang diekspor, dan permintaan yang lebih rendah untuk logam utama.

Meski demikian, ia memperkirakan, kinerja emiten pertambangan ini akan mencetak pertumbuhan pada tahun ini.

Secara terpisah, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu memproyeksikan, dengan mulai beroperasinya smelter FeNi yang baru, maka kontribusinya bisa langsung terdampak di akhir 2022 dengan ekspektasi pertumbuhan moderat untuk ANTM pada 2022-2023 sekitar 6%-7%.

"Katalis positif yang selama ini mendorong kinerja fundamental ANTM masih dari tren penguatan harga nickel global. Harga nikel global di tahun ini kami perkirakan dapat maintain di US$ 23.000-25.000 per ton seiring potensi supply yang tertahan serta sentimen masih kuatnya permintaan dari industri stainless steel," ujarnya.

Dessy juga menilai sentimen negatif untuk ANTM adalah potensi penurunan harga batubara global dengan asumsi adanya kenaikan supply signifikan untuk membawa harga turun. "Namun jika melihat kondisi sekarang, sepertinya supply crunch masih akan terjadi pada tahun ini sehingga harga global masih cenderung kuat," tambah Dessy.

Ia melihat saham ANTM masih layak dikoleksi dengan prospek kinerja jangka panjang yang positif didorong oleh tren penguatan harga nikel global, pertumbuhan signifikan volume nickel ore, dan smelter baru FeNi yang mendorong peningkatan kapasitas tahunan.

Dessy memberikan rekomendasi buy saham ANTM dengan TP di Rp 3.230. Nico juga memberikan rekomendasi buy saham ANTM dengan TP di Rp 3.000.

Baca Juga: Harga Saham ANTM & BBRI Kompak Menguat di Perdagangan Bursa Jumat (18/2)

 
ANTM Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat