Smelter Makin Banyak, Prospek Bisnis Mineral Kritis Makin Menarik



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pelaku usaha dan ahli melihat prospek mineral kritis di tahun depan semakin menarik seiring banyaknya smelter yang beroperasi. 

Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi Mineral dan Batubara (Aspebindo), Anggawira menyatakan prospek mineral seperti nikel dan mineral lainnya akan cukup tinggi di tahun depan karena beberapa smelter sudah beroperasi. 

“Dengan begitu penyerapan mineral di dalam negeri trennya akan cukup meningkat,” ujarnya ditemui di Jakarta, Selasa silam (19/12). 


Khusus untuk permintaan nikel, lanjut Anggawira, akan sangat bergantung pada kesiapan smelter dalam negeri dan produk turunannya yang sangat variatif. 

Namun melihat dari kondisi saat ini di mana konsumsi nikel terus meningkat, Anggawira mengingatkan, pemerintah harus menjaga cadangan nikel dengan menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang bijaksana. 

“Jangan sampai nikel terlalu jor-joran dieksploitasi pada akhirnya sumber daya yang kita miliki cepat habis. Sumber daya ini harus dijaga supaya ketersediannya tetap stabil,” terangnya. 

Baca Juga: Pasca Ledakan Smelter, Pemerintah Diminta Lakukan Evaluasi Strategi Hilirisasi Nikel

Dari sisi harga, Anggawira juga mengharapkan pemerintah mengantisipasi naiknya harga nikel di tahun depan.  “Kalau kita liat pertumbuhan dari tahun kemarin ada kenaikan 5% sampai 10%,” terangnya. 

Namun, dirinya berharap agar harga nikel dunia tidak terlalu tinggi. Pasalnya, saat ini disparitas harga nikel dalam negeri dan luar negeri masih cukup lebar. 

“Disparitas harga ini perlu dicarikan rumusan supaya ada win-win solution bagi penambang,” ujarnya. 

Ketua Umum Perhapi, Rizal Kasli menyatakan, prospek bisnis nikel masih cukup bagus di 2024 dan tahun-tahun berikutnya mengingat nikel sangat dibutuhkan dalam kehidupan modern ini. 

“Nikel tahun 2020 secara global digunakan untuk stainless steel sekitar 71%, sedangkan untuk battery baru sekitar 3%. Artinya dengan peningkatan produksi kendaraan listrik, kebutuhan nikel akan semakin meningkat,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (27/12). 

Baca Juga: Kementerian ESDM Buka-bukaan Tambang Bawah Tanah Bakal Jadi Tren pada Masa Depan

Ke depan diperkirakan kebutuhan untuk baterai akan terus tumbuh. Pada tahun 2040 kebutuhannya menjadi 30% atau 1.2 juta ton nikel.

Sedangkan untuk harga nikel sendiri, diperkirakan pada 2024 akan flat dan baru meningkat di tahun berikutnya. 

Selain nikel, mineral lain juga dilihat prospeknya semakin positif di tahun depan. Rizal memproyeksi pergerakan harga mineral lain cenderung baik, terutama emas yang mengalami kenaikan. 

Adapun mineral seperti bauksit, timah, dan tembaga merupakan mineral kritis yang saat ini sangat dibutuhkan oleh negara industri maju untuk memproduksi mobil, truk, pesawat, dan moda transportasi lainnya. 

Mineral tersebut juga dibutuhkan untuk perangkat elektronik  dan kebutuhan medis lainnya.  “Sehingga diperkirakan kebutuhannya akan meningkat di masa yang akan datang,” ujarnya. 

Namun, Rizal mengingatkan, ada sejumlah faktor yang akan mempengaruhi permintaan dan pasokan mineral ini yakni geopolitik global. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat