Smelter serap 11,8 juta ton bijih nikel



JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan produksi bijih nikel yang dapat diserap di pasar domestik bakal meningkat lebih dua kali lipat. Pada 2015 ini, diperkirakan bijih nikel yang akan diproses di dalam negeri bisa mencapai 11,8 juta ton, jauh besar ketimbang tahun  2014 yang hanya 5,3 juta ton.

Lonjakan pengolahan nikel di dalam negeri ini terjadi lantaran sejumlah smelter sudah mulai beroperasi pada tahun ini. Berdasarkan data Kementerian ESDM per April 2015, sebanyak 12 perusahaan mengoperasikan smelter nikel, termasuk PT Indoferro dan PT Cahaya Metal Modern Industri yang memang telah beroperasi sebelumnya.

Sukhyar, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM mengatakan, produksi smelter-smelter itu menghasilkan tiga jenis produk. Yakni nickel pig iron (NPI) dengan total kapasitas produksi 708.640 ton per tahun, ferronickel 175.000 ton per tahun, serta 6.000 ton logam nikel murni per tahun. "Untuk mengolah nikel sebanyak ini, kapasitas kebutuhan bahan baku bijih nikel akan mencapai 6,47 juta ton nikel per tahun," kata Sukhyar , Kamis (30/4).


Produksi nikel hasil olahan jelas lebih menguntungkan ketimbang menjual bijih nikel. Sukhyar mencontohkan, apabila seluruh pasokan bijih nikel sebanyak 6,47 juta ton  hanya menjadi komoditas ekspor, total nilai perdagangan cuma US$ 175 juta atau  US$ 27 per ton.

Namun, jika bijih nikel diolah dan dimurnikan maka harganya bisa melejit naik. Misalnya, harga NPI yang sekitar US$ 500 per ton dan harga logam nikel mencapai US$ 15.000 per ton. Sehingga, "Nilai ekspor logam tersebut diproyeksikan bisa bisa mencapai US$ 700 juta," ujarnya.

Asal tahu saja, pada tahun-tahun sebelumnya, smelter  nikel yang beroperasi di Indonesia cuma milik PT Vale Indonesia Tbk dengan pabrik nickelmatte berkapasitas 80.000 ton per tahun. Selain itu milik PT Aneka Tambang Tbk dengan kapasitas 20.000 ton ferronickel per tahun. Kedua perusahaan membutuhkan pasokan sekitar 5,3 juta ton bijih nikel untuk pengoperasian smelter tersebut.

Sukhyar menambahkan, pada tahun-tahun berikutnya, kapasitas kebutuhan bahan baku bijih nikel terus meningkat. Pasalnya, sejumlah smelter nikel lain juga akan mulai beroperasi, ditambah ekspansi perusahaan lewat peningkatan kapasitas pabrik.

Misalnya saja, PT PAM Metalindo, PT Jilin Metal Indonesia, PT Putra Mekongga Sejahtera, PT Ang & Fang Brother, serta PT Bima Cakra Perkasa yang siap mengoperasikan smelter mulai tahun 2016. Selain itu, PT Indoferro  yang akan menambah kapasitas pabrik smelter menjadi 500.000 ton NPI per tahun dan PT Bintang Delapan Mineral yang akan ekspansi meningkatkan kapasitas pabriknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan