SMGR masuk pasar Myanmar kuartal ketiga nanti



JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) ingin terus menjejakkan kakinya di pasar Asia Tenggara. Setelah berekspansi di Vietnam, SMGR harusnya sudah memasuki Myanmar dengan membangun perusahaan joint venture pada akhir tahun kemarin. Namun, keinginan tersebut harus mundur. "Mungkin nanti implementasi sekitar kuartal ketiga tahun ini," ucap Direktur Utama SMGR, Dwi Sutjipto, Kamis, (9/1) malam. Ia bilang, SMGR terkendala dalam negosiasi dengan mitra lokal swasta di sana. Niat SMGR untuk menjadi pemegang saham mayoritas di perusahaan joint venture tersebut belum bisa terpenuhi. Maka pada tahap awal, SMGR hanya akan memegang porsi sekitar 49%. Dwi berharap bahwa SMGR bisa mengendalikan aspek produksi dan pemasaran dalam penetapan perjanjian, meski tak jadi pemiliki mayoritas. SMGR pun akan memahami situasi di Myanmar terlebih dahulu. Dalam 2 tahun mendatang, perusahaan semen pelat merah ini bisa saja meningkatkan porsi kepemilikannya secara bertahap atau malah mencari mitra baru lagi dan menjadi pemegang saham mayoritas. Untuk pembentukan perusahaan joint venture ini, SMGR membutuhkan dana US$ 100 juta sampai US$ 200 juta. Nantinya, sebesar US$ 50 juta dari kebutuhan dana tersebut akan bersumber dari ekuitas. Sedangkan, sisanya akan berasal dari pinjaman. Adapun dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, kebutuhan dana tersebut bisa saja membengkak. Direktur Keuangan SMGR, Ahyanizzaman menghitung pelemahan rupiah bisa mendorong peningkatan dana sekitar 25%. "Kalau masih di angka tersebut, kami masih masuk. Kalau lebih dari itu, kami pikirkan lagi," sebutnya. Dwi melihat, permintaan pasar di Myanmar masih belum besar, yakni baru sekitar 8 juta ton per tahun. Namun, di situ impor semen terbilang tinggi mencapai 50%. Kemudian, profitabilitas perusahaan semen di Myanmar pun cukup tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Sanny Cicilia