JAKARTA. PT Semen Gresik Tbk (SMGR) mengantongi opsi penerbitan obligasi sebagai salah satu sumber pendanaan ekspansi usaha. Emisi obligasi menjadi pilihan di samping opsi pendanaan eksternal yang telah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), beberapa waktu lalu.
Perusahaan semen pelat merah ini sejatinya menyiapkan anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai Rp 5 triliun. Capex itu selain untuk membiayai penuntasan pembangunan pabrik Tuban IV di Jawa Timur dan Tonasa V di Sulawesi Selatan, juga untuk mendanai pembangunan awal (groundbreaking) dua pabrik baru SMGR. Yakni, SGG-III di Sumatera dan SGG-IV di Jawa. Setiap pabrik akan mampu memproduksi semen sebanyak 3 juta ton per tahun.
Dari sisi investasi, pembangunan pabrik SGG-III akan menelan investasi Rp 3,25 triliun, sedangkan SGG-IV senilai Rp 3,72 triliun. SMGR akan mulai membangun pabrik SGG-III pada kuartal IV-2012 dan ditargetkan selesai pada kuartal II-2015. Sementara pabrik SGG-IV akan dimulai pada 2013 dan diperkirakan selesai pada 2016.
Direktur Keuangan SMGR Ahyanizzaman bilang, SMGR tengah menjajaki sumber pendanaan eksternal seperti pinjaman perbankan maupun penerbitan obligasi guna menutupi seluruh investasi dua pabrik baru itu.
Dua opsi tersebut memiliki potensi yang sama besar untuk dieksekusi oleh SMGR. Opsi penerbitan obligasi misalnya sangat terbuka dilakukan karena bisa dilakukan secara bertahap mengikuti proses pembangunan pabrik semen yang memang membutuhkan waktu sekitar tiga hingga empat tahun.
Ahyanizzaman memang mengatakan jika mengambil opsi obligasi, SMGR setidaknya harus menerbitkannya senilai US$ 300 juta. Nilai tersebut dianggap ideal baik terutama dari sisi beban pendanaan atau cost of fund.
Opsi pinjaman eksternal juga memiliki peluang yang cukup besar untuk dieksekusi SMGR. Nilai aset yang dijaminkan akan tergantung pada skema pendanaan yang diambil SMGR.
"Kita belum bisa menentukan opsi yang akan diambil, karena pendanaan eksternal kemungkinan baru dilakukan awal tahun depan," ujar Ahyanizzaman.
Sumber eksternal memang hanya akan menutupi 60%-70% dari total investasi SGG-III dan SGG-IV yang senilai Rp 6,97 triliun, sisanya akan ditutupi dari kas internal.
Kabar terbaru, SMGR mengaku telah mendapatkan komitmen pengucuran pinjaman siaga alias standby loan dari sebuah bank lokal senilai Rp 1 triliun. Namun, standby loan itu bukan diperuntukkan untuk pembiayaan proyek SSG-III dan SSG-IV. "Masih proses, penandatanganan (standby loan) diharapkan tidak lewat dari akhir tahun ini," kata Ahyanizzaman, Selasa (26/6).
Budi Rustanto, Analis Valbury Asia Securities menilai, SMGR memang tidak akan kesulitan dalam mencari sumber dana eksternal guna menunjang ekspansinya. Hal itu didukung oleh aspek fundamental SMGR yang terbilang kuat. "Kalau pinjaman pasti mudah, obligasi juga potensi penyerapannya tinggi," kata Budi.
Kondisi tersebut tentu meringankan langkah SMGR untuk mengeksekusi proyek ekspansi guna meningkatkan kinerja keuangan. Tahun ini, SMGR memang mengincar kenaikan pendapatan 15% dari realisasi 2011 yang senilai Rp 16,38 triliun.
Dengan beberapa faktor tersebut, Budi masih merekomendasikan beli saham SMGR dengan target harga Rp 13.000 per unit. Pada perdagangan Selasa (26/6), harga SMGR ditutup menguat 0,44% menjadi Rp 11.300 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News