JAKARTA. PT Semen Gresik Tbk (SMGR) terus menggenjot kapasitas produksi. Salah satunya dengan mengerek kapasitas produksi terak di unit produksi Tuban I dari 7.800 ton menjadi 9.000 ton terak per hari. Pada semester I kemarin, SMGR juga telah meningkatkan kapasitas produksi terak di unit produksi Tuban II dan III masing-masing dari 7.800 terak ton per hari menjadi 8.200 terak per hari. Peningkatan kapasitas produksi di Indarung III juga dilakukan dari 110 ton semen per hari menjadi 130 ton semen per hari. Direktur Utama SMGR Dwi Soetjipto mengatakan, dengan selesainya aktivitas tersebut, tahun 2010 kapasitas produksi SMGR bisa meningkat hingga 19,7 juta ton. "Sebelumnya kapasitas produksi kami sekitar 19 juta ton," ujarnya, kemarin (18/8).
Meski kapasitas produksinya meningkat, SMGR memperkirakan, pangsa pasarnya di industri semen nasional masih tetap di kisaran 45%. Proyek pembangkit listrik Selain meningkatkan kapasitas pabrik lama, SMGR juga mengebut pembangunan pabrik-pabrik baru. Agustus ini proses pembangunan Pabrik Semen Tuban IV sudah mencapai 37%. Dwi berharap proyek ini selesai tahun depan. Sementara pembangunan pabrik Semen Tonasa V sudah mencapai 41% dan ditargetkan berproduksi tahun 2012. Jika kedua pabrik itu beroperasi, kapasitas produksi SMGR akan bertambah sekitar 3 juta ton-5 juta ton per tahun. Menurut Dwi, untuk membangun kedua pabrik, SMGR menggelontorkan dana US$ 700 juta. "Yang terpakai US$ 400 juta," ujarnya. Sejalan dengan pembangunan pabrik baru, SMGR juga tengah merampungkan proyek pembangkit listrik di Tonasa, Sulawesi Selatan, berkapasitas 2 x 35 MW. Proyek yang menelan biaya US$ 114 juta ini baru berjalan sekitar 5%. Dwi menjelaskan, listrik merupakan salah satu unsur penting dalam produksi SMGR. Beban biaya listrik pun mencapai sekitar 12% dari ongkos produksi. Jadi, jika di semester I-2010 beban produksi SMGR mencapai Rp 3,68 triliun, biaya listrik mencapai sekitar Rp 441 miliar. Makanya, jika pemerintah berniat menaikkan kembali tarif dasar listrik (TDL) di tahun 2011, beban SMGR dipastikan bakal meningkat. "Jika TDL naik terus, bisnis kami akan terhambat. Makanya, kami mengkaji pembangunan PLTU," ujar Dwi. Dwi mengatakan, tahun ini, SMGR menganggarkan belanja modal sebesar US$ 400 juta. Dari jumlah itu sudah terpakai 40%. Nah, rencananya di tahun 2012, SMGR akan menganggarkan belanja modal US$ 420 juta. SMGR bertekad mendanai sebagian kebutuhan dana ekspansi tersebut dari kas internal. Maklum, kocek perusahaan ini lumayan tebal. Per 30 Juni 2010, SMGR memiliki dana kas sebesar Rp 4,8 triliun. SMGR juga menempatkan dana di investasi jangka pendek senilai Rp 267,9 miliar.
Kalaupun butuh, SMGR akan relatif mudah mencari pendanaan eksternal. Soalnya, utang bank SMGR hanya sekitar Rp 112 miliar. Analis Sucorinvest Central Gani Gifar Indra Sakti mengatakan, pembangunan pabrik baru akan memudahkan SMGR untuk menjaga pangsa pasarnya. "Untuk menaikkan market share sulit, karena kebutuhan semen nasional terus meningkat sedangkan kapasitas SMGR terbatas," jelasnya. Ghifar menaksir pendapatan SMGR di 2010 akan mencapai Rp 15,83 triliun dengan laba bersih Rp 3,8 triliun. Ia merekomendasikan beli dengan target harga di Rp 12.100 per saham. Kemarin, harga saham SMGR turun 1,1% menjadi Rp 8.800 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie