SMMA dan PSKT menggelar private placement



JAKARTA. Dua emiten di pasar modal domestik, PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) dan PT Red Planet Indonesia Tbk (PSKT), berencana menambah modal melalui skema private placement. SMMA akan menerbitkan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias private placement tahap kedua.

Dengan mengeluarkan 10 juta saham dan harga pelaksanaan senilai Rp 5.006 per saham, maka SMMA berpotensi meraup dana Rp 50 miliar. Saham ini akan diserap oleh investor, yakni Itochu Corporation.

HMETD tahap kedua SMMA ini akan dilaksanakan pada 18 Agustus 2016 dan pencatatannya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal yang sama. Sementara PSKT akan menerbitkan 80 juta saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 625 per saham.


Alhasil, PSKT bakal memperoleh dana senilai Rp 50 miliar. Saham tersebut akan dieksekusi PT Pelagia Jaya Mahe. Penerbitan saham baru PSKT dijadwalkan pada 24 Agustus 2016.

Direktur Utama PSKT Ng Suwito kepada KONTAN beberapa waktu lalu berharap dapat melanjutkan ekspansi bisnis hotel di pasar domestik. Apalagi, komposisi investasi asing di hotel bintang dua naik, dari 51% menjadi 67%.

Anggaran pembangunan setiap hotel berkisar Rp 100 miliar. Sekitar 40% kebutuhan dana akan dipenuhi dari pinjaman dan sisanya dari kas internal.

Analis Minna Padi Investama Clement Harjono menilai, rights issue maupun private placement dilakukan jika emiten ingin menggalang dana sekaligus meningkatkan jumlah saham beredar.

“Mungkin perusahaan memiliki tingkat utang yang tinggi sehingga sulit meraih pinjaman bank. Bisa jadi ada strategic partner yang ingin masuk atau untuk meningkatkan struktur modal,” kata dia.

Christian Saortua, analis Minna Padi Investama lainnya, menilai ada beberapa pertimbangan mengapa emiten memilih rights issue maupun private placement ketimbang pinjaman bank.

“Jika dana yang dihimpun untuk membiayai proyek jangka panjang, maka perusahaan bisa menghemat beban bunga," kata dia. Dari sisi neraca perusahaan, jika komponen utang tinggi, maka ada kecenderungan bank sulit memberikan pinjaman, atau biasanya bunganya jauh lebih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie