SMR Utama fokus berbisnis batubara



KONTAN.CO.ID - Laporan keuangan dan laporan tahunan PT SMR Utama (SMRU) Tbk untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2017 disetujui dan disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Laporan tahunan itu diadakan di Grand Kemang Hotel, Jumat (3/5).

Dalam laporan keuangan PT SMRU tercatat laba laba bersih sebesar US$ 2,41 juta dan jumlah aset US$ 149,89 juta. Sebelumnya pada 2016, laba bersih perusahaan ini sebesar US$ 16,79 juta dan jumlah aset US$ 180,42 juta.

Perusahaan yang semula bergelut dalam bisnis mangan ini, fokus untuk melakukan bisnis batubara sejak 2015. Corporate Secretary SMRU, Ricky Kosasi mengatakan perusahaan fokus dalam tambang batubara sebelum diakuisisi oleh Trada Maritim (TRAM) pada 2017. Terkait fokus bisnis, rencana pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) mangan senilai US$ 8 juta pada 2012 sudah ditiadakan semenjak tiga tahun yang lalu.


SMRU melalui anak usahanya, sampai saat ini masih fokus melakukan bisnis di tambang batubara. Ricky menilai kondisi bisnis batubara saat ini sudah membaik. Hal itu dapat dilihat dari harga batubara di atas US$ 90 per ton. “Kondisinya saat ini sudah membaik, dibandingkan pada 2014/2015 yang harganya di bawah US$ 60 per ton,” katanya, Jumat (4/5).

Oleh karena itu, Ricky terus berupaya agar kondisi bisnis batubara yang ia geluti terus stabil. Sejauh ini, kata Ricky, harga batubara sudah stabil yaitu di atas US$ 90,10 per metrik ton. Ia berharap ke depannya harga batubara stabil sehingga kondisi perusahaan batubara juga membaik.

"Dengan harga yang stabil, ini berkah juga bagi kami, kontrak juga dapat terus dilanjutkan. Bahkan kita juga berharap ada kontrak baru lagi agar keuangan perusahaan makin membaik," ujarnya.

Saat ini, SMRU juga tengah disibukkan dengan persiapan bisnis tambang batubara yang digarap bersama PT Gunung Bara Utama. SMRU menandatangani kerjasama kontrak dengan PT Gunung Bara Utama pada April lalu. Lokasi tambang batubara itu terletak di Kalimatan Timur.

"Sampai saat ini persiapannya sudah 50%," katanya.

SMRU menilai sampai 2027, batubara sebagai sumber energi Pembangkit Listrik masih menempati urutan pertama. Dus, perseroan ini memiliki keyakinan bahwa industri pertambangan batubara khususnya yang bergerak dalam jasa kontraktor pertambangan masih menarik dan memiliki prospek yang menjanjikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat