JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) masih menyandarkan pertumbuhan kinerjanya di tahun ini ke tiga proyek residensial. Masing-masing adalah Kelapa Gading, Serpong dan Bekasi. Dari proyek di ketiga wilayah tadi, SMRA mengantongi
marketing sales sekitar Rp 1,65 triliun selama Januari-Mei 2012. Presiden Direktur SMRA, Johannes Mardjuki, menjelaskan, beberapa proyek di Serpong yang memberi kontribusi di antaranya ruko Scientia
dan Newton
. Marketing sales kedua proyek itu senilai Rp 300 miliar. Sedang properti di Bekasi yakni ruko Emerald, telah membukukan
marketing sales sebesar Rp 400 miliar. Selain itu, beberapa proyek residensial dan apartemen di tiga wilayah itu juga ikut berkontribusi.
Hitung punya hitung, pencapaian
marketing sales sebesar itu setara dengan 47,14% dari target SMRA tahun ini yang sebesar Rp 3,5 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari Serpong, yakni sebesar 40%. "Sedang proyek di Bekasi dan Kelapa Gading, masing-masing, memberi kontribusi sekitar 30%," kata Johannes, beberapa waktu lalu. Untuk mengejar target
marketing sales di tahun ini, pengelola SMRA akan meluncurkan beberapa proyek yang baru. Di antaranya adalah Apartemen Sherwood, yang berlokasi di Kelapa Gading. Apartemen tersebut terdiri dari tiga
tower. SMRA masih memiliki cadangan lahan yang cukup di ketiga wilayah garapannya. Di Kelapa Gading, SMRA masih memiliki
landbank seluas 20 hektare (ha). Sedang di Serpong dan Bekasi, SMRA masih memiliki
landbank masing-masing sebesar 140 ha dan 220 ha. Agresif tambah landbank Mengantisipasi penipisan
landbank, SMRA gencar mengakuisisi lahan baru. KONTAN mencatat, SMRA sudah mengakuisisi lahan seluas 60 ha di Bandung, Jawa Barat, pada September 2010. SMRA kemudian mengakuisisi lahan di daerah yang sama seluas 200-300 ha. SMRA mengalokasikan dana Rp 600 miliar untuk pembelian lahan di Bandung. Lahan milik PT Duta Sumara Abadi (DSA) yang baru diakuisisi pada Februari lalu, belum akan dikembangkan dalam waktu dekat. Johannes menuturkan, lahan itu baru akan dikembangkan pada tiga hingga empat tahun mendatang. Johanes menilai, lahan itu cocok dikembangkan sebagai kawasan residensial. Sekadar mengingatkan, SMRA melalui anak usahanya PT Summarecon Property Development telah resmi menjadi pengendali mayoritas PT Duta Sumara Abadi (DSA). Hal itu dilakukan dengan membeli 94,35 juta saham seri A atau 51% total saham DSA dari Venture Hover Limited. Untuk merampungkan pembelian tersebut, SMRA harus mengeluarkan dana sebesar Rp 288,95 miliar. DSA memiliki tanah seluas 238 ha yang berada di Bekasi, Jawa Barat. Reza Priyambada,
Managing Research Indosurya Asset Management, menilai, SMRA tidak akan kesulitan untuk mengejar target
marketing sales di tahun ini. Summarecon Serpong, proyek SMRA, bisa menjadi andalan emiten itu di saat cadangan lahan di wilayah Kelapa Gading semakin menipis.
Residensial di daerah Serpong tidak sepi pembeli, lantaran properti di Serpong menyasar kalangan menengah ke atas. "SMRA masih memiliki potensi yang besar di Serpong, dengan cadangan lahan yang mereka miliki," kata Reza. Menurut Reza, harga wajar SMRA berada di kisaran Rp 1.830 per saham. Pada penutupan perdagangan Jumat (25/5), harga SMRA melemah 3,77% menjadi Rp 1.530 per saham. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: