JaKARTA. PT Samudera Indonesia Tbk akan terus menambah armada kapal. Perusahaan jasa pengangkutan laut dan layanan terminal peti kemas ini sudah mengalokasikan anggaran sebesar US$ 11 juta - US$ 13 juta untuk membeli tiga kapal baru. Strategi ini diharapkan bisa memoles kinerja tahun ini. Samudera Indonesia memilih membeli dua kapal tanker dan satu kapal kontainer. Harga satu kapal tanker US$ 4 juta - US$ 5 juta sedangkan harga satu kapal kontainer sekitar US$ 3 juta. Bukan tanpa alasan perusahaan ini membeli kapal tanker. "Ini dalam rangka peremajaan armada," ujar Bani Mulia,
Managing Director Samudera Indonesia kepada KONTAN, Jumat (11/4).
Anda pasti ingat, Januari 2014 kemarin, melalui anak usaha PT Samudera Indonesia Services, perusahaan menjual satu unit kapal tanker lawas senilai US$ 2 juta. Namun tanpa memasukkan perolehan dana hasil penjualan kapal tanker tersebut, Samudera Indonesia masih mungkin merogoh kocek untuk belanja tiga kapal. Menilik catatan keuangan perusahaan per 31 Desember 2013, perusahaan ini masih memiliki cadangan kas atau setara kas US$ 48,35 juta. Hanya saja, Bani menyebut dari tiga rencana pembelian kapal, baru satu kapal tanker yang siap masuk pada bulan depan. Sementara, dua kapal lain masih harus menunggu proses administrasi jual-beli rampung. Bani juga enggan membeberkan kepastian kapan dua kapal lain resmi terbeli. Dia hanya bilang, realisasi pengadaan tiga kapal baru bisa terjadi hingga sebelum tutup tahun 2014. Selain membeli tiga kapal, perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode SMDR ini mengincar bisnis pengelolaan terminal peti kemas di tiga pelabuhan lain. Namun, lagi-lagi perusahaan ini belum bisa mengungkap detail rencana ini. "Kami optimistis MoU (perjanjian kesepakatan kerja) bisa terealisasi tahun ini,” kata Bani. Yang jelas, Samudera Indonesia berharap rencana ekspansi pelabuhan baru bisa menambah portofolio perusahaan. Hingga kini, perusahaan ini sudah mengantongi dua kontrak pengoperasian terminal peti kemas baru, di pelabuhan Sorong, Papua Barat, dan Pelabuhan Cilegon, Banten. Rugi US$ 6,52 juta Harapan selanjutnya, tentu bisa berdampak positif bagi kinerja perusahaan. Maklum sepanjang tahun 2013, rapor kinerja Samudera Indonesia memerah. Torehan pendapatan turun 12,45% menjadi US$ 537,58 juta. Tak cukup sampai di situ, Samudera Indonesia juga terpaksa gigit jari tak bisa mencuil laba. Perusahaan justru menyandang kerugian US$ 6,52 juta. Padahal di 2012, mereka masih bisa meraup laba US$ 2,64 juta. Sekadar mengingatkan, rugi yang dimaksud adalah rugi komprehensif yang bisa diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Meski faktor pengurang pendapatan berupa beban jasa mengecil, pos selisih kurs membengkak menjadi US$ 16,79 juta. Padahal selisih kurs di 2012 US$ 4,67 juta. Inilah penyebab Samudera Indonesia merugi. Sementara perusahaan beralasan, kegagalan meningkatkan pendapatan karena dua hal.
Pertama, pendapatan jasa pengangkutan tambang menurun. “Volume pengangkutan sama tapi nilai perdagangannya lebih kecil dari tahun sebelumnya,” kata Bani.
Memang, jika kembali merunut laporan keuangan, kontribusi pendapatan uang tambang, sebagai kontributor pendapatan terbesar, turun 19,36%. Alhasil, lini bisnis ini hanya menyumbang US$ 322,43 juta.
Kedua, perusahaan mengklaim beberapa rute pengangkutan tak menguntungkan. Makanya tahun ini, perusahaan ini berencana menutup sejumlah rute. Meski kinerja 2013 muram, Samudera Indonesia optimistis tahun ini ini bakal mencatatkan kinerja lebih baik. "Kalaupun pendapatan dan laba sama, tapi
bottom line pasti meningkat," kata Bani. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anastasia Lilin Yuliantina