JAKARTA. Biaya operasional maskapai penerbangan tidak sedikit. Biaya terbesar disumbang avtur, kemudian disusul komponen pesawat. Komponen tersebut harus diimpor dan dikenakan bea masuk (BM) yang cukup besar. CEO AirAsia Group Tony Fernandes mengatakan, mengenakan bea masuk untuk impor komponen pesawat bukanlah sesuatu yang masuk akal. "Mengenakan bea masuk untuk suku cadang tidak masuk akal. Tidak ada di dunia ini yang mengenakan itu," kata Tony di Jakarta, Senin (15/9). Menurut Tony, seluruh pelaku industri penerbangan di Indonesia menghasilkan uang, kecuali maskapai. Padahal, lanjut dia, industri ini sangat menopang ekonomi negara. "Sebenarnya penerbangan berkontribusi sangat banyak kepada ekonomi dan kami ingin membuat penerbangan lebih murah, sehingga ketika Anda memberikan harga murah, penumpang akan datang," ujar Tony. Untuk itu, Tony meminta tiga hal kepada Pemerintah Indonesia. Pertama, bea masuk impor komponen pesawat harus dihapuskan. Kedua, harga avtur yang disediakan PT Pertamina. Selama ini, harga avtur yang dipatok di Indonesia dipandangnya berbeda dengan harga yang diberlakukan di negara lain. "Kami pikir (harga avtur) sebaiknya lebih rendah karena kami bisa melihat harga yang berlaku di seluruh dunia. Hal lain adalah pengenaan biaya airport (airport tax). Biaya airport hampir 50% dari harga tiket maskapai kami," ujar Tony. Informasi saja, biaya avtur membebani biaya industri penerbangan kira-kira sebesar 50%. Adapun biaya untuk komponen pesawat memakan porsi sebesar 20%. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Soal BM komponen, Bos AirAsia kritik kebijakan RI
JAKARTA. Biaya operasional maskapai penerbangan tidak sedikit. Biaya terbesar disumbang avtur, kemudian disusul komponen pesawat. Komponen tersebut harus diimpor dan dikenakan bea masuk (BM) yang cukup besar. CEO AirAsia Group Tony Fernandes mengatakan, mengenakan bea masuk untuk impor komponen pesawat bukanlah sesuatu yang masuk akal. "Mengenakan bea masuk untuk suku cadang tidak masuk akal. Tidak ada di dunia ini yang mengenakan itu," kata Tony di Jakarta, Senin (15/9). Menurut Tony, seluruh pelaku industri penerbangan di Indonesia menghasilkan uang, kecuali maskapai. Padahal, lanjut dia, industri ini sangat menopang ekonomi negara. "Sebenarnya penerbangan berkontribusi sangat banyak kepada ekonomi dan kami ingin membuat penerbangan lebih murah, sehingga ketika Anda memberikan harga murah, penumpang akan datang," ujar Tony. Untuk itu, Tony meminta tiga hal kepada Pemerintah Indonesia. Pertama, bea masuk impor komponen pesawat harus dihapuskan. Kedua, harga avtur yang disediakan PT Pertamina. Selama ini, harga avtur yang dipatok di Indonesia dipandangnya berbeda dengan harga yang diberlakukan di negara lain. "Kami pikir (harga avtur) sebaiknya lebih rendah karena kami bisa melihat harga yang berlaku di seluruh dunia. Hal lain adalah pengenaan biaya airport (airport tax). Biaya airport hampir 50% dari harga tiket maskapai kami," ujar Tony. Informasi saja, biaya avtur membebani biaya industri penerbangan kira-kira sebesar 50%. Adapun biaya untuk komponen pesawat memakan porsi sebesar 20%. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News