JAKARTA. Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan susunan kabinet kerjanya kemarin (27/10). Susunan pembantu presiden tersebut banyak memunculkan komentar dari sejumlah kalangan, salah satunya Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, John Rachmat. John menjelaskan, sebelumnya dia memiliki dua harapan dari formasi kabinet tersebut.
Pertama, susunan kabinet merupakan orang-orang terpilih dan memang cakap untuk mengisi jabatannya masing-masing. "
Kedua, susunan kabinet tersebut merupakan susunan yang dapat mengakomodasi elemen dari oposisi Koalisi Merah Putih (KMP) untuk menyeberang kubu tersebut," tulis John dalam risetnya, (28/10).
Tapi, opsi kedua saat ini sudah tereliminasi. Sebab, isi parlemen khususnya dalam pemilihan pimpinan DPR dan MPR beberapa waktu lalu menunjukan solidnya KMP. Jadi, saat ini opsi yang tersedia adalah opsi pertama. Kembali ke soal penilaian susunan kabinet Jokowi, John menilai secara umum pemilihan kabinet tersebut sudah solid dan efektif. Dia menilai kabinet ini bersandar pada pemilihan pemimpin yang sangat mumpuni dan dengan integritas yang tinggi. Setidaknya, ada beberapa nama yang diberikan
highlight oleh John, yakni Ignatius Jonan, Rudiantara, Sofyan Djalil, bambang Brodjonegoro, dan Sudirman Said. Ignatius Jonan ditunjuk oleh Jokowi untuk mengisi posisi Menteri Transportasi. Sementara, Rudiantara ditunjuk sebagai Menteri Informasi dan Teknologi. "Keduanya memiliki rekam jejak manajerial yang terpuji, dan memiliki reputasi integritas yang tinggi," imbuh John. Lalu, ada nama Sofyan Djalil yang mengisi jabatan Menko Perekonomian dan Bambang Brodjonegoro sebagai Menteri Keuangan. Nama ini memang sempat menuai kritik dari sejumlah pihak. Tapi menurut John, hal ini bukan berarti hambatan terhadap pemerintahan yang efektif. Khususnya Bambang Brodjonegoro, dia adalah ahli dalam anggaran negara, dan tugas besar selanjutnya untuk Jokowi adalah menyusun RAPBN 2015. Sementara, Sofyan Djalil telah memperkenalkan praktek
market-friendly dalam masa tugasnya ketika masih menjabat sebagai Menteri BUMN. Dipilihnya Sudirman Said sebagai Menteri ESDM juga sempat menuai kritik yang tak kalah hebohnya. Sejumlah pihak menganggap, Sudirman Said dekat dengan Ari Soemarno yang merupakan kakak dari Menteri BUMN yang baru, Rini Soemarno. Sudirman juga dinilai dekat dengan pendiri Medco Energi Arifin Panigoro. Relasi tersebut diduga akan membentuk “oil and gas mafia” yang baru. "Tapi faktanya, realisasi kinerja Sudirman Said bertolak belakang dengan dugaan itu. Soalnya, Sudirman Said adalah salah satu pendiri Masyarakat Transparansi Indonesia, yang dikenal fokus pada
corporate governance," jelas John. Sedikit menilik ke belakang, Sudirman Said sempat menjabat sebagai sekertaris perusahaan PT Pertamina (Persero). Meski pada akhirnya kalah, tapi setidaknya dia pernah mendorong ketidaksetujuan atas praktek-praktek tidak terpuji.
Selama kepemimpinannya di manufaktur senjata TNI, yakni PT Pindad, dirinya juga telah efektif melakukan reformasi institusinya. Sehingga, John yakin jika Sudirman Said adalah pilihan ideal untuk untuk mereformasi sektor migas Indonesia. Kesimpulannya, resiko atas sentimen susunan kabinet Jokowi sudah bisa didiskon. Saat ini, resiko yang masih perlu mendapat perhatian adalah, isu kenaikan harga BBM subsidi dan faktor global seperti perlambatan ekonomi, ebola, dan pemilu di AS. "Meskipun demikian, kami meyakini kemungkinan yang seimbang menjadi pendorong hasil positif terhadap risiko tersebut, dan karena itu kami meyakini IHSG akan masuk ke fase bullish baru. Kami masih menetapkan prediksi IHSG 5.550 untuk akhir tahun nanti," tutur John. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie