KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan segera memberlakukan pelarangan ekspor bijih nikel atau ore nikel pada akhir Desember 2019. Menyambut itu, PT Aneka Tambang Tbk akan melakukan evaluasi strategi untuk mengganti pendapatan ekspor bijih nikel dengan meningkatkan kinerja komoditas lainnya yakni feronikel, emas dan bauksit. Sekretaris Perusahaan Aneka Tambang (Antam) Kunto Hendrapawoko akan memastikan smelter feronikel di Halmahera Timur akan tetap selesai masa konstruksi dan beroperasi pada 2020. Sementara ini perusahaan akan memaksimalkan produksi feronikel dari smelter yang kami miliki di Pomalaa Sulawesi Tenggara.
Baca Juga: Harga nikel naik, empat saham ini layak dicermati "Sebagaimana kita ketahui feronikel merupakan produk mineral olahan sehingga dapat diekspor dan memiliki nilai tambah yang lebih tinggi," jelas Kunto Hendrapawoko kepada Kontan.co.id, Senin (2/9). Pada semester satu tahun ini, volume produksi anaudited feronikel mecapai 13.017 ton nikel dalam feronikel (TNi). Naik 2% bila dibandingkan capaian produksi semester I-2018 sebesar 12.811 TNi. Sejalan dengan pertumbuhan volume produksi, penjualan anaudited feronikel mencapai 13.157 TNi atau naik 5% bila dibandingkan semester I-2018 yang mencapai 12.579 TNi. Pada tahun 2019, emiten berkode saham ANTM ini menetapkan target produksi feronikel sebesar 27.000 TNi, naik 12% dari realisasi produksi di 2018 yang tercatat 24.124 TNi. Baca Juga: Asosiasi berikan tanggapan beragam atas larangan ekspor bijih nikel Penjualan feronikel di semester I-2019 merupakan kontributor terbesar kedua dari penjualan bersih anaudited ANTM. Menyumbang RP 2,31 triliun atau sekitar 16% dari total penjualan bersih semester satu tahun ini.